Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Jumat, 28 Februari 2025

Banjir Sentimen Negatif, Rupiah Makin Tertekan ke Rp16.500

IDXChannel - Nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah ke Rp16.500 per USD seiring dengan banjirnya sentimen negatif di pasar keuangan.

Begitu pula dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dibuka jatuh ke level 6.443. 

Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin menjelaskan, sentimen perang dagang masih berpeluang meluas ke komoditas atau jenis barang lainnya, serta berpeluang memicu aksi balasan di masa yang akan datang.

Selain itu, rilis data PDB AS mengalami pelemahan pada perdagangan sebelumnya ditambah dengan kenaikan tarif AS untuk Kanada dan Meksiko yang segera berlaku pada 4 Maret 2025.

"Apalagi China juga akan dikenakan kenaikan tarif sebesar 10 persen untuk waktu yang bersamaan," kata Gunawan, Jumat (28/2/2025).

Kinerja rupiah memburuk meskipun imbal hasil US Treasury 10 tahun melemah hingga ke 4,23 persen. Hal ini menjadi indikasi kuat bahwa ekonomi AS mendingin.

"Spekulasi kemungkinan The Fed atau Bank Sentral AS akan mempertimbangkan kemungkinan penurunan bunga acuan kembali mencuat. Ditambah lagi data klaim pengangguran AS juga mengalami kenaikan pada rilis sebelumnya," tutur Gunawan. 

Di sisi lain, harga emas dunia ditransaksikan melemah ke level USD2.876 per troy ons.

(DESI ANGRIANI)




Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Wahyudi Aulia Siregar 28/02/2025 09:57 WIB

Laba Melonjak 35,6 Persen, Dharma Satya (DSNG) Raup Rp1,1 Triliun di 2024

IDXChannel - Emiten sawit, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) meraup laba bersih sebesar Rp1,1 triliun sepanjang 2024.

Laba ini naik signifikan 35,6 persen year-on-year (YoY) dibandingkan periode 2023 lalu yang sebesar Rp842 miliar.

Peningkatan laba perseroan didorong oleh pertumbuhan penjualan sebesar 6,5 persen menjadi Rp10,1 triliun serta efisiensi biaya operasional, terutama dari penurunan harga pupuk di segmen kelapa sawit. 

Segmen bisnis kelapa sawit masih menjadi penyumbang utama pendapatan Perseroan dengan kontribusi sebesar 87 persen.

"Fenomena El Nino yang terjadi sejak Juni 2023 hingga April 2024 yang lalu mempengaruhi produktivitas perkebunan kelapa sawit pada 2024, sehingga berdampak pada penurunan produksi CPO. Namun, kondisi ini justru mendorong kenaikan ASP karena pasokan CPO yang berkurang," ujar Direktur Utama Dharma Satya Andrianto Oetomo dalam siaran pers di keterbukaan informasi BEI, Kamis (28/2/2025).

Andrianto menjelaskan, kenaikan penjualan ditopang oleh peningkatan harga rata-rata penjualan Crude Palm Oil (CPO) akibat output produksi yang rendah, dan meningkatnya permintaan konsumsi dalam negeri termasuk implementasi program biodiesel B-35.

Di sisi lain, produksi Tandan Buah Segar (TBS) dari perkebunan tercatat turun sebesar 7 persen YoY dari 2,2 juta ton menjadi 2,1 juta ton pada 2024 ditambah dengan berkurangnya TBS yang dibeli dari pihak eksternal sebesar 23 persen sehingga jumlah TBS yang diproses berkurang sebesar 12 persen.  

"Namun karena tingkat rendemen atau Oil Extraction Rate/OER meningkat 3 persen menjadi 23,9 persen maka penurunan produksi CPO menjadi 9 persen YoY pada level 602 ribu ton, dengan Free Fatty Acid (FFA) yang semakin rendah di 2,86 persen menjadikan CPO perseroan produk yang premium," tutur dia.

Sementara itu, kinerja segmen produk kayu masih tertekan hingga membukukan kerugian sebesar Rp16 miliar sejalan dengan masih lesunya pasar properti global akibat suku bunga yang masih tinggi serta pelemahan ekonomi di negara-negara maju. 

Sedangkan DSNG mencatatkan penjualan di bisnis Energi Terbarukan (Renewable Energy/RE) sebesar Rp182,8 miliar dari cangkang sawit (palm kernel shells/PKS). 

Total aset DSNG naik 7,6 persen yoy menjadi Rp17,4 triliun dari Rp16,2 triliun pada 2023. Liabilitas meningkat 3,1 persen menjadi Rp7,5 triliun, dan ekuitas naik 11,3 persen menjadi Rp9,8 triliun.

(DESI ANGRIANI)



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Desi Angriani 28/02/2025 10:00 WIB

BEI Beberkan Penyebab Koreksi Tajam IHSG

IDXChannel - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyoroti pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun hingga 4,67 persen dalam sepekan terakhir.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengungkapkan, IHSG dipengaruhi oleh sentimen global, domestik dan kondisi emiten.

Di mana kebijakan tarif perdagangan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan tingkat suku bunga The Fed menjadi penyebab utama modal asing keluar dari pasar saham Indonesia. 

"Trump 2.0 tidak mudah. Kemudian, interest rate ini sensitif terhadap ekuitas, kalau suku bunga naik orang akan lebih senang beli produk fixed income," kata Iman dalam Media Gathering di Gedung BEI Jakarta pada Jumat (28/2/2025).

Hingga 27 Februari 2025, investor asing mencatatkan net sell hampir Rp19 triliun secara year to date (ytd), berbanding terbalik dengan tahun lalu yang masih mencatatkan net buy Rp17 triliun.

"Asing terus melakukan aksi jual. Meskipun transaksi di pasar meningkat, namun tekanan jual dari investor asing tetap tinggi," ujar Iman.

Dari sisi domestik, perubahan komposisi investor juga menjadi salah satu penyebab penurunan indeks. Sebelumnya, 70 persen pasar dikuasai investor domestik dan ritel, sehingga ketika harga turun bisa diserap. 

Saat ini dengan 40 persen kepemilikan asing, pasar menjadi lebih rentan saat investor asing keluar.

"Termasuk koreksi-koreksi dengan rilis laporan keuangan emiten, walaupun beberapa naik tapi masih di bawah konsensus. Ini memang kondisi-kondisi yang juga memperparah,” tutur Iman. 

Pada penutupan sesi pertama, Jumat (28/2/2025) indeks turun 2,86 persen atau 185,30 poin ke level 6.300. 

Total volume saham yang diperdagangkan sebanyak 9,19 miliar saham dengan nilai Rp7,42 triliun, dan ditransaksikan sebanyak 690.178 kali.

Sebanyak 541 saham harganya turun, 79 saham harganya naik dan 158 saham lain harganya stagnan. 

(DESI ANGRIANI)



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Cahya Puteri Abdi Rabbi 28/02/2025 13:03 WIB

Selasa, 25 Februari 2025

IHSG Turun Lebih dari 1 Persen, Intip Penyebab dan Saham Pemberatnya

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHGS) turun signifikan pada Selasa (25/2/2025) di tengah sejumlah isu baik dari dalam maupun luar negeri.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga pukul 10.47 WIB, IHSG melemah 1,60 persen ke level 6.642.

Dengan ini, dalam sepekan indeks terdepresiasi 3,37 persen dan dalam sebulan minus 6,10 persen.

Sebanyak 420 saham turun dan hanya 145 saham yang naik, sedangkan sisanya 389 stagnan.

Pengamat pasar modal, Michael Yeoh, menjelaskan bahwa sentimen pasar masih sama.

“Rentetan kejadian global dan dalam negeri tidak memberikan katalis positif apa-apa untuk market [pasar saham],” kata Michael kepada IDXChannel.com, Selasa (25/2/2025).

Sejumlah sentimen yang dimaksud, ujar Michael, mulai dari penguatan dolar Amerika Serikat (AS), implementasi tarif perang dagang oleh Donald Trump, hingga penurunan outlook IHSG oleh dua institusi kenamaan--JPmorgan dan Morgan Stanley.

Ia menambahkan bahwa tekanan terbesar datang dari hampir semua saham, terutama sektor perbankan besar dan saham-saham milik Prajogo Pangestu.

Saham-saham bank utama, yang biasa menjadi penggerak IHSG, cenderung melemah. Saham BBRI minus 2,04 persen, BMRI turun 2,09 persen, BBCA berkurang 0,28 persen, sedangkan BBNI stagnan di Rp4.200 per saham.

Demikian pula, dengan saham-saham big cap lainnya, termasuk saham-saham milik konglomerat.

Saham properti milik Aguan dan Salim PANI, misalnya, merosot 4,41 persen, emiten telekomunikasi BUMN TLKM tergerus 3,08 persen, emiten petrokimia TPIA memerah 2,17 persen dan emiten geotermal Prajogo Pangestu BREN terbenam 1,19 persen.

Saham emiten batu bara milik Low Tuck Kwong BYAN juga melemah 2,15 persen dan emiten otomotif Grup Astra ASII merosot 2,34 persen. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, TIM RISET IDX CHANNEL 25/02/2025 11:11 WIB

Masuk Papan Utama, Saham Tetiba Melejit, Sempat pula Muncul Kabar terkait Grup Salim

JAKARTA, investor.id - Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan evaluasi salah satunya evaluasi minor terhadap papan utama alias saham-saham di main board index (MBX).

Periode efektif konstituen hasil evaluasi pada Februari ini akan berlaku mulai 3 Maret 2025 sampai dengan 27 Mei 2025.

“Bursa Efek Indonesia pada bulan Februari 2025 telah melakukan evaluasi atas indeks sebagai berikut,” jelas pengumuman BEI tertanggal 24 Februari 2025.

Tercatat, BEI memasukkan saham empat emiten ke papan utama, yakni PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC), dan PT Lion Metal Works Tbk (LION).

Saham CMNP sendiri tiba-tiba melejit pada awal sesi I perdagangan 25 Februari 2025. Di sekitar pukul 09.15 WIB saham ini ada di Rp 2.540 atau +21,53%. Sebelumnya, sejak 19 Februari sampai dengan 24 Februari kemarin, saham CMNP selalu diparkir di zona merah.

Kabar terkait Grup Salim

Sebelumnya, sempat berkembang kabar bahwa Grup Salim akan menjadi pengendali Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP).

Terkait kabar masuknya Grup Salim ke CMNP, Sekretaris Perusahaan CMNP Hasyim mengungkapkan bahwa perseroan belum menerima pemberitahuan ataupun korespondensi baik dari pemegang saham maupun dari pihak Salim Group terkait dengan rencana pengalihan pemegang saham utama di perseroan.

“Selain dari hal yang kami sampaikan, saat ini tidak terdapat informasi atau kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup serta mempengaruhi harga saham perseroan,” kata Hasyim dalam keterangan resmi, beberapa waktu lalu.

Saat ini, penerima manfaat akhir dari Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) adalah konglomerat Jusuf Hamka. Kabar masuknya Grup Salim ke CMNP makin santer setelah emiten pengelola jalan tol Depok-Antasari itu menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 30 Desember 2024.

Hasil keputusan RUPSLB adalah menyetujui usulan perubahan pengurus perseroan serta menerima pengunduran diri dari Feisal Hamka selaku komisaris utama perseroan, Olivia Allan selaku komisaris independen perseroan serta pengunduran diri dari Fitria Yusuf selaku direktur utama perseroan.





Berita ini dikutip dari : Investor Daily
Penulis : Thresa Sandra Desfika
25 Feb 2025 | 09:25 WIB

Bank Mandiri (BMRI) Raup Laba Segini di Januari

JAKARTA, investor.id - Stockbit Sekuritas dalam ulasannya mengungkap bahwa PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan laba bersih (bank only) sebesar Rp 4 triliun pada Januari 2025 (+4,5% yoy, +1,1% mom), relatif sejalan dengan estimasi FY25F konsensus di level +5% yoy.

“Kami menilai kinerja ini sebagai performa yang relatif baik. Secara positif, kinerja tersebut didorong oleh credit cost (CoC) relatif terjaga; dan likuiditas mulai membaik. Di sisi lain, net interest margin (NIM) kembali turun; dan beban operasional membengkak,” sebut Stockbit Sekuritas, Selasa (25/2/2025).

Stockbit menyatakan, CoC bank only BMRI masih terjaga di level yang relatif rendah pada Januari 2025, yakni 0,52% (vs. Januari 2024: 0,65%, Desember 2024: pembalikan -0,03%). Hal ini tercermin pada beban provisi yang turun menjadi Rp 568 miliar (vs. Januari 2024: Rp 594 miliar, Desember 2024: pembalikan provisi Rp 32 miliar).

Kemudian, pertumbuhan kredit bank only melandai ke level +19,3% yoy pada Januari 2025 (vs. Januari 2024: +19,6% yoy, Desember 2024: +20,7% yoy), masih lebih tinggi dibandingkan guidance FY25 dari manajemen di kisaran +10–12% yoy.

“Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai +15,1% yoy pada Januari 2025 (vs. Januari 2024: +1,5% yoy, Desember 2024: +6,8% yoy), kembali ke level double digit setelah pertumbuhan rendah pada Desember 2024,” terang Stockbit.

Dinamika keduanya membuat loan–to–deposit ratio (LDR) bank only mulai membaik ke level 93,7%, meski masih lebih tinggi dibandingkan posisi Januari 2024. “Pelonggaran LDR tersebut sejalan dengan guidance FY25 dari manajemen yang menargetkan LDR dapat ternormalisasi dan turun ke kisaran 90–95% selama FY25, setelah sempat membengkak ke level 98,8% pada Desember 2024,” papar Stockbit.

NIM

Adapun, sebut broker itu, NIM BMRI turun ke level 4,42% pada Januari 2025 (-8 bps yoy, -59 bps mom), kembali tertekan ke level 4% setelah sempat melonjak ke level 5% pada Desember 2024. Meski likuiditas mulai melonggar secara bulanan, pertumbuhan DPK lebih didorong oleh deposito, sehingga cost of fund (CoF) relatif tinggi.

Sementara itu, pertumbuhan earnings assets secara bulanan lebih didorong oleh efek (termasuk obligasi pemerintah) yang memiliki yield lebih rendah dibandingkan kredit. Namun, net interest income (NII) masih mencatatkan pertumbuhan secara tahunan yang kuat ke level Rp 6,5 triliun pada Januari 2025 (+11% yoy, -10% mom).

Stockbit Sekuritas menambahkan, beban operasional bank only membengkak sebesar +23% yoy pada Januari 2025, didorong oleh kenaikan beban tenaga kerja (+26% yoy) dan beban lainnya (+18% yoy). Meski demikian, pre–provision operating profit (PPOP) masih dapat tumbuh (+3,3% yoy, +13% mom) akibat ditopang oleh pertumbuhan top–line.




Berita ini dikutip dari : Investor Daily
Penulis : Thresa Sandra Desfika
25 Feb 2025 | 11:00 WIB

Harga Emas Antam (ANTM), UBS, dan Galeri 24 di Pegadaian Menyala Berjemaah

JAKARTA, investor.id – Harga emas Antam (ANTM), UBS dan Galeri 24 di Pegadaian menyaala berjemaah pada Selasa (25/2/2025).

Pegadaian menjual tiga jenis, yaitu Antam, UBS, dan Galeri 24,dengan beragam ukuran atau pecahan, mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram.

Berikut harga pecahan emas batangan yang tercatat di Pegadaian hari ini:

1. Antam

- Emas Antam 0,5 gram: Rp 927.000 (Naik, Rp 1.000)

- Emas Antam 1 gram: Rp 1.750.000 (Naik, Rp 2.000)

- Emas Antam 2 gram: Rp 3.438.000 (Naik, Rp 4.000)

- Emas Antam 3 gram: Rp 5.132.000 (Naik, Rp 7.000)

- Emas Antam 5 gram: Rp 8.518.000 (Naik, Rp 10.000)

- Emas Antam 10 gram: Rp 16.980.000 (Naik, Rp 21.000)

- Emas Antam 25 gram: Rp 42.320.000 (Naik, Rp 52.000)

- Emas Antam 50 gram: Rp 84.558.000 (Naik, Rp 103.000)

- Emas Antam 100 gram: Rp 169.035.000 (Naik, Rp 205.000)

- Emas Antam 250 gram: Rp 422.316.000 (Naik, Rp513.000)

- Emas Antam 500 gram: Rp 844.416.000 (Naik, Rp 1.025.000)

- Emas Antam 1.000 gram: Rp 1.688.790.000 (Naik, Rp 2.050.000)

2. UBS

- Emas UBS 0,5 gram: Rp 914.000 (Naik, Rp 2.000)

- Emas UBS 1 gram: Rp 1.689.000 (Naik, Rp 2.000)

- Emas UBS 2 gram: Rp 3.351.000 (Naik, Rp 5.000)

- Emas UBS 5 gram: Rp 8.280.000 (Naik, Rp 12.000)

- Emas UBS 10 gram: Rp 16.472.000 (Naik, Rp 23.000)

- Emas UBS 25 gram: Rp 41.099.000 (Naik, Rp 60.000)

- Emas UBS 50 gram: Rp 82.027.000 (Naik, Rp 118.000)

- Emas UBS 100 gram: Rp 163.989.000 (Naik, Rp 236.000)

- Emas UBS 250 gram: Rp 409.851.000 (Naik, Rp 591.000)

- Emas UBS 500 gram: Rp 818.736.000 (Naik, Rp 1.179.000)

3. Galeri 24

- Emas Galeri 24 0,5 gram: Rp 908.000 (Naik, Rp 1.000)

- Emas Galeri 24 1 gram: Rp 1.684.000 (Naik, Rp 3.000)

- Emas Galeri 24 2 gram: Rp 3.301.000 (Naik, Rp 2.000)

- Emas Galeri 24 5 gram: Rp 8.164.000 (Naik, Rp 6.000)

- Emas Galeri 24 10 gram: Rp 16.215.000 (Naik, Rp 11.000)

- Emas Galeri 24 25 gram: Rp 40.495.000 (Naik, Rp 26.000)

- Emas Galeri 24 50 gram: Rp 80.925.000 (Naik, Rp 53.000)

- Emas Galeri 24 100 gram: Rp 161.833.000 (Naik, Rp 105.000)

- Emas Galeri 24 250 gram: Rp 404.260.000 (Naik, Rp 261.000)

- Emas Galeri 24 500 gram: Rp 808.520.000 (Naik, Rp 523.000)

- Emas Galeri 24 1.000 gram: Rp 1.617.039.000 (Naik, Rp 1.047.000)

Sedangkan harga beli tabungan emas Pegadaian tercatat sebesar Rp 16.030 per 0,01 gram. Sementara itu, harga jual emas berada di Rp 15.540 per 0,01 gram.




Berita ini dikutip dari : Investor Daily
Penulis : Indah Handayani
25 Feb 2025 | 12:40 WIB

Morgan Stanley Pangkas Rating Saham RI Jadi Underweight, Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW).

Dalam laporan terbarunya, MSCI mengatakan, langkah ini diambil seiring dengan melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi domestik serta tekanan terhadap profitabilitas perusahaan di sektor siklikal.

Morgan Stanley menyoroti pergeseran tren return on equity (ROE) yang kini lebih menguntungkan China dibanding Indonesia. Analis menilai bahwa ROE saham-saham di China mulai menunjukkan pemulihan, terutama didorong oleh perbaikan kinerja operasional dan efisiensi neraca keuangan pada sektor yang memiliki bobot besar dalam indeks.

Sebaliknya, Indonesia menghadapi tekanan akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak negatif pada sektor siklikal domestik. Tim analis Morgan Stanley tetap berhati-hati terhadap kemungkinan pemulihan dalam waktu dekat dan lebih memilih eksposur ke pasar lain di Asia.

Selain faktor fundamental, perbedaan valuasi juga menjadi alasan penurunan peringkat saham Indonesia. Morgan Stanley menyebut valuasi saham China kini lebih menarik dibanding Indonesia, terutama setelah pemerintah China menunjukkan sikap lebih positif terhadap sektor swasta.

"Oleh karena itu, kami menaikkan asumsi kelipatan valuasi kami yang kini berada di 11,6x untuk MSCI China dibandingkan 10,0x sebelumnya, kini dengan diskon 7% terhadap asumsi kami untuk pasar negara berkembang (EM), dibandingkan 17% sebelumnya," sebagaimana dikutip dari laporan tersebut, Selasa, (25/2/2025).

Di sisi lain, peningkatan risiko di pasar China tetap menjadi perhatian, terutama terkait ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat. Morgan Stanley mencermati kebijakan dagang "America First" yang akan dievaluasi pada 1 April serta potensi pembatasan ekspor yang dapat mempengaruhi sentimen investor global.

Dengan perubahan peringkat ini, Morgan Stanley menaretkantaret MSCI pasar negara berkembang (MSCI EM) ke 1.200, dengan kenaikan kurang lebih 5%. Sementara itu, target indeks Hang Seng untuk Desember 2025 dipatok pada 24.000 poin, dan MSCI China pada 77, naik signifikan sebesar 49% dari level saat ini.

(mkh/mkh)




Berita ini dikutip dari : CNBC
Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
25 February 2025 13:55

Cikarang Listrindo (POWR) Cetak Laba Bersih USD75,3 Juta di 2024

IDXChannel - PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) meraih laba bersih USD75,3 juta di 2024, lebih rendah sekitar 2,12 persen dibandingkan 2023 yang sebesar USD76,9 juta.

Dalam laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (25/2/2025), POWR membukukan penjualan listrik USD547 juta, naik tipis dibandingkan 2023 yang sebesar USD546 juta.

Penjualan listrik perseroan didominasi oleh pelanggan industri sekitar 86 persen sebesar USD471 juta. Sisanya 14 persen atau US75,9 juta berasal dari PT PLN (Persero).

Beban usaha naik sehingga menekan laba usaha POWR sekitar 10 persen menjadi USD111,32 juta. Kenaikan beban usaha tersebut terutama berasal dari kenaikan beban bahan bakar 2 persen dari USD266 juta menjadi USD272 juta.

Sebagian besar bahan bakar ini terutama berasal dari batu bara dan gas. Perseroan membeli batu bara dari PT Antang Gunung Meratus (AGM), PT Adaro Indonesia, dan PT Kideco Jaya Agung sementara gas dipasok oleh PGN.

Laba bersih tahun berjalan POWR tercatat USD75,3 juta, turun tipis secara tahunan. Sementara laba per saham alias earning per share (EPS) tercatat USD0,0048, sedikit lebih rendah dibandingkan 2023 USD0,0049.

Dari sisi arus kas (cashflow), POWR mencatat arus kas dari aktivitas operasi USD149 juta sepanjang tahun lalu, turun tipis dibandingkan 2023 yang sebesar USD155 juta.

Perusahaan penyedia listrik swasta ini memiliki balance sheet yang sangat kuat. POWR memiliki aset USD1,3 miliar dengan posisi kas dan setara kas USD191 juta. Meski kas turun 21 persen, investasi POWR dalam bentuk deposito berjangka naik 43 persen menjadi USD253,4 juta.

Ekuitas perseroan hingga 31 Desember 2024 mencapai USD708 juta. Sementara saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya mencapai USD297 juta.

(Rahmat Fiansyah)



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Rahmat Fiansyah 25/02/2025 13:33 WIB

Transaksi Jumbo di Saham Bukalapak (BUKA) Terungkap

IDXChannel - Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) ditransaksikan hingga Rp1,3 triliun pada perdagangan Senin (25/2/2025). Transaksi tersebut terjadi di pasar negosiasi.

Transaksi jumbo tersebut ternyata dilakukan oleh PT Kreatif Media Karya (KMK) selaku pengendali saham BUKA. Perusahaan itu merupakan anak perusahaan yang 99,99 persen sahamnya dimiliki oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk alias Emtek (EMTK).

Sekretaris Perusahaan BUKA, Cut Fika Lutfi mengatakan, pengendali perseroan itu membeli 9,74 miliar saham BUKA atau setara 9,44 persen dari total saham tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Tujuan dari transaksi untuk investasi," katanya melalui keterbukaan informasi, Selasa (25/2/2025).

Dengan transaksi ini, maka kepemilikan saham KMK di Bukalapak bertambah. Dari sebelumnya 25,38 miliar saham (24,61 persen) menjadi 35,12 miliar saham (34,05 persen). 

Di samping lewat KMK, EMTK diketahui juga memiliki 10,68 miliar (10,34 persen) saham  Bukalapak sehingga total kepemilikan EMTK melalui dua entitas tersebut sekitar 44,39 persen.

Proses transaksi jumbo itu dilakukan melalui broker CGS Sekuritas (YU) sebagai seller sementara buyer memakai broker CLSA Sekuritas (KZ).

Tak diketahui siapa seller yang melakukan divestasi atas saham BUKA. Namun, jika melihat data KSEI, jumlah saham yang dibeli oleh anak usaha EMTK tersebut serupa dengan yang dimiliki oleh Archipelago Investment Pte Ltd.

Sebagai informasi, Archipelago yang berbasis di Singapura merupakan perusahaan holding investasi yang sepenuhnya dimiliki oleh GIC (Ventures) Pte Ltd. GIC adalah badan usaha yang dimiliki pemerintah Singapura yang bertindak sebagai pengelola dana milik negara.

Transaksi tersebut terjadi di harga Rp138 per saham, lebih rendah dari penutupan harga saham BUKA kemarin sebesar Rp151 per saham.

Pada siang ini, harga saham BUKA terkoreksi 4,67 persen ke Rp143. Sementara, nilai kapitalisasi pasarnya sekitar Rp14,75 triliun.

(Rahmat Fiansyah)



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Rahmat Fiansyah 25/02/2025 14:18 WIB

Sinar Terang (MINE) Mau Debut di Bursa, Incar Dana Rp132,33 Miliar

 

IDXChannel - PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) bakal debut perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Maret 2025.

Dalam gelaran penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), perseroan menawarkan sebanyak 612,66 juta saham atau sebanyak-banyaknya 15,00 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Dalam prospektus e-IPO Selasa (25/2/2025), harga penawaran yang ditetapkan sebesar Rp200-Rp216 per saham, sehingga perseroan berpotensi meraup dana segar sebesar Rp132,33 miliar.

Sekitar 48 persen atau setara Rp63,21 miliar dari dana hasil IPO akan digunakan sebagai belanja modal untuk pembelian alat berat baru untuk mendukung kegiatan operasional perseroan. 

Kemudian sekitar 11 persen atau setara Rp14 miliar untuk pembelian aset tetap berupa tanah dan bangunan milik Sinjo Jefry Sumendap yang saat ini menjabat sebagai komisaris utama dan pemegang saham pengendali perseroan. Sisanya akan digunakan perseroan untuk modal kerja perseroan.

Modal kerja tersebut akan digunakan untuk mendukung aktivitas dalam pengerjaan proyek PT Weda Bay Nickel (WBN). Namun tidak terbatas pada pembelian bahan bakar, pembelian suku cadang alat berat (spare parts), penyewaan alat berat dan armada penunjang (supporting fleet). 

Masa enawaran umum atau offering akan dilaksanakan pada 4-6 Maret 2025. Kemudian, tanggal penjatahan dan distribusi secara elektronik akan berlangsung pada 6 dan 7 Maret 2025. 

Dalam IPO ini, perseroan menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi efek.

(DESI ANGRIANI)



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Desi Angriani 25/02/2025 14:28 WIB

Danantara Diprediksi Bikin Alokasi Dividen BUMN Makin Besar

IDXChannel - Danantara Indonesia resmi diluncurkan pemerintah pada 24 Februari 2025. Kehadiran Sovereign Wealth Fund (SWF) tersebut diyakini berdampak positif pada pemegang saham BUMN-BUMN yang dikelola Danantara, terutama terkait alokasi dividen.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan meyakini kehadiran Danantara bakal menguntungkan para investor karena BUMN yang dikelola holding investasi Danantara akan semakin efisien dalam alokasi modal dan disiplin keuangan.

"Termasuk potensi dividen yang lebih besar," katanya dalam riset dikutip Selasa (25/2/2025).

Dia memperkirakan imbal hasil dividen BMRI, BBNI, dan TLKM akan semakin besar masing-masing menjadi 9,6 persen, 11,2 persen, dan 7,1 persen seiring kemungkinan rasio pembayaran dividend (payout ratio) dinaikkan menjadi 80 persen dari laba bersih.

Presiden Prabowo Subianto mengatakan, pemerintah akan mengalokasikan dana USD20 miliar untuk Danantara. Dana tersebut berasal dari efisiensi APBN dan dividen BUMN.

Pada 2024, dividen dari tujuh BUMN yang berada di bawah Danantara mencapai USD5,2 miliar atau 95 persen dari total dividen BUMN yang sebelumnya diterima negara. 

Dia juga mengapresiasi aturan bahwa kerugian investasi oleh Danantara tidak dikategorikan sebagai kerugian negara.

"Ini membuat Danantara dan BUMN bisa beroperasi lebih fleksibel, melakukan ekspansi pada pendanaan non APBN, dan membangun aliansi strategis pada proyek-proyek besar," kata Erindra.

Selain itu, kata dia, aset-aset BUMN yang selama ini belum dikelola maksimal diprediksi meningkat karena dikelola Danantara. Sebagai pengelola dana, Danantara dapat mengambil keputusan cepat untuk melakukan injeksi modal, restrukturisasi, atau hapus aset.

"Aset Danantara yang mencapai USD900 miliar sedianya bisa diinvestasikan untuk instrumen jangka panjang, terutama pada industri-industri strategis seperti hilirisasi yang berpotensi memperkuat daya saing Indonesia," katanya.

Namun, kehadiran SWF raksasa ini bukan tanpa risiko. Menurut Erindra, terdapat kekhawatiran soal struktur manajemen Danantara, termasuk pemilihan pejabat di dalamnya.

"Kendati demikian, kami percaya kehadiran Badan Pengawas bisa membantu memastikan struktur tata kelola bisa lebih jelas dan transparan," ujarnya.

(Rahmat Fiansyah) 




Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Rahmat Fiansyah 25/02/2025 15:00 WIB

Kembangkan Foreign Index Futures, BEI Jajaki Kerja Sama dengan Jepang

IDXChannel - Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menjajaki kerja sama dengan pemilik indeks saham di Jepang untuk mengembangkan produk derivatif berupa Foreign Index Futures (Kontrak Berjangka Indeks Asing atau KBIA). 

Bursa Efek baru saja bekerja sama dengan MSCI dengan meluncurkan Foreign Index Futures dengan underlying saham-saham perusahaan Hong Hong berkapitalisasi besar atau MSCI Hong Kong Listed Large Cap.  

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menjelaskan, Bursa Efek masih menunggu perkembangan tentang kerja sama dengan Jepang. Pasalnya, peluncuran Foreign Index Futures sangat bergantung pada pemilik lisensi.  

“Dengan Jepang kita masih berdiskusi terus. Hong Kong kita sudah punya. Kalau yang bursa atau indeks lain belum sih,” katanya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (25/2/2025).

Jeffrey mengatakan, berdasarkan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BEI wajib mendapatkan izin resmi dari pemilik indeks atau lisensi sebelum meluncurkan produk derivatif baru. Sebelum adanya aturan tersebut, BEI selama ini menjalin komunikasi dengan para pemegang lisensi indeks di Hong Kong maupun Jepang.  

Selain itu, kata dia, BEI juga terus melakukan sosialisasi terkait produk ini bersama anggota bursa (AB) derivatif dan tim internal BEI. Bursa Efek berencana berkeliling alias roadshow ke sejumlah daerah untuk meningkatkan pemahaman investor mengenai produk derivatif tersebut.  

“Sosialisasi terus kita lakukan bersama dengan teman-teman AB derivatif dan tim dari bursa, kita akan terus melakukan roadshow ke daerah-daerah,” tutur Jeffrey.

Sementara itu, BEI menargetkan kontrak derivatif mencapai 750 ribu hingga 1 juta kontrak baru pada 2025. Selain itu, BEI juga menargetkan bisa menambah empat AB untuk produk derivatif di mana saat ini telah terdapat empat AB yang berpartisipasi, yakni Binaartha Sekuritas, Ajaib Sekuritas Asia, Phintraco Sekuritas, dan Trust Sekuritas. 

(Rahmat Fiansyah)



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Cahya Puteri Abdi Rabbi 25/02/2025 13:50 WIB

Rabu, 19 Februari 2025

Bos Emiten Hartadinata (HRTA) Dipanggil KPK di Kasus Korupsi Taspen

EmitenNews.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil beberapa saksi dalam kasus dugaan investasi fiktif di PT Taspen pada pekan lalu. Diantara beberapa saksi ada dua bos emiten yaitu  Ferriyadi Hartadinata selaku Direktur PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) dan Agung Cahyadi Kusumo yang menjabat sebagai Direktur Utama PT FKS Multi Agro Tbk (FISH).

KPK juga pekan lalu memnggil Indra Wijaya yang menjabat sebagai Komisaris Utama PT Asuransi Sinar Mas, Helmi Imam Satriyono yang merupakan mantan Direktur Keuangan PT Taspen dan Direktur PT Insight Investments Management, Thomas Harmanto. 

"Pemeriksaan dilakukan di Gedung Merah Putih KPK," kata Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto dalam keterangannya pekan lalu.

"Saksi didalami terkait kepemilikan aset tersangka dan sumber dananya," kata juru bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto melalui keterangan tertulis, Senin, 17 Februari 2025.

"Pemeriksaan dilakukan di Gedung Merah Putih KPK," ucap Tessa.

Namun Bos Sinarmas Grup  Indra Wijaya yang juga Putra pendiri Sinarmas Grup yaitu Eka Tjipta Wijaya mangkir dalam pemanggilan KPK  minggu lalu (12/2).

Pemanggilan para saksi ini juga bertujuan untuk mendalami dugaan korupsi terkait penempatan dana investasi PT Taspen sebesar Rp1 triliun pada reksa dana RD I-Next G2 yang dikelola oleh PT Insight Investment Management. Dugaan korupsi ini diperkirakan telah merugikan keuangan negara sekitar Rp200 miliar.

Dalam kasus ini, KPK telah menetapkan dua tersangka utama, yaitu:

Antonius N. Kosasih, mantan Direktur Utama PT Taspen

Ekiawan Heri Primaryanto, Direktur Utama PT Insight Investment Management periode 2016 hingga Maret 2024

Keduanya diduga berperan dalam penempatan dana investasi yang tidak sesuai dengan ketentuan, sehingga menguntungkan beberapa pihak, antara lain:

PT Insight Investment Management sekitar Rp78 miliar

PT VSI sekitar Rp2,2 miliar

PT PS sekitar Rp102 juta

PT SM Sekuritas sekitar Rp44 juta


KPK terus mendalami aliran dana dan kemungkinan adanya aset-aset yang disembunyikan oleh para tersangka melalui pemeriksaan saksi-saksi terkait.

Sayangnya, KPK belum merinci lebih jauh kenapa perusahaan Hartadinata khususnya, sampai terseret kasus tersebut. Apalagi melihat sang pendiri yakni Ferriyadi Hartadinata sampai dipanggil menjadi salah satu saksi.

Perlu diketahui, Ferriyadi Hartadinata merupakan pendiri dan Presiden Komisaris PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA). Ia lahir pada tahun 1973, ia menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Bandung Raya pada tahun 1999.

Hartadinata pada 2017 mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham HRTA, menjadi perusahaan perhiasan emas pertama di Indonesia yang go public.

Selain fokus pada bisnis perhiasan, Ferriyadi juga mengembangkan usaha di bidang pegadaian emas melalui anak perusahaan PT Gemilang Hartadinata Abadi, yang mengoperasikan unit-unit pegadaian di berbagai wilayah Indonesia.




Berita ini dikutip dari : Emiten News
Author: Komarudin Muchtar
17/02/2025, 13:40 WIB