JAKARTA, investor.id - Harga emas menguat pada perdagangan Senin pagi (16/12/2024). Hal itu berkat aksi beli kuat dari bank sentral dan ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah, diperkirakan dapat memberikan dukungan bagi logam mulia dalam jangka pendek. Meski tren bearish masih berpotensi menekan.
Harga emas terlihat menguat 0,19% menjadi US$ 2.653,4 pada saat berita ini ditulis.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mengatakan, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan bahwa tren bearish masih mendominasi pergerakan harga emas spot. “Proyeksi hari ini menunjukkan potensi penurunan hingga US$ 2.645. “Namun, jika terjadi rebound, harga dapat naik menuju target terdekat di US$ 2.663,” ungkap Andy dalam risetnya, Senin (16/12/2024).
Menurut Andy, ketegangan geopolitik terus menjadi pendorong utama pergerakan harga emas. Pada hari Minggu, pemerintah Israel mengumumkan rencana untuk melipatgandakan populasi di Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Langkah ini, yang dipandang sebagai respons terhadap ancaman dari Suriah, meningkatkan kekhawatiran geopolitik di wilayah tersebut.
“Ketidakpastian ini mendorong pelarian ke aset safe haven seperti emas,” tegas Andy.
Selain itu, lanjut Andy, permintaan besar dari bank-bank sentral juga memberikan dorongan positif bagi harga logam mulia. Bank sentral telah menjadi pembeli emas selama hampir 15 tahun terakhir, menekankan peran emas sebagai lindung nilai dari krisis dan aset cadangan yang dapat diandalkan. Data dari World Gold Council memproyeksikan bahwa tren pembelian ini akan terus berlanjut, mendukung harga emas hingga 2025.
Ekonomi AS
Meskipun permintaan emas didukung oleh faktor geopolitik dan arus safe haven, Andy menambahkan, kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) AS yang kuat dapat membatasi kenaikan logam mulia ini. Salah satu faktor utama adalah rencana tarif dari Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang diperkirakan akan memicu inflasi lebih lanjut dan menunda pelonggaran kebijakan The Fed.
Andy menyebut, para pelaku pasar juga menunggu rilis data Indeks Manajer Pembelian (IMP) AS untuk bulan Desember pada hari Senin. Data ini akan memberikan indikasi lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi AS dan arah kebijakan moneter The Fed. Di sisi lain, perhatian juga tertuju pada pertemuan The Fed pada hari Rabu, di mana bank sentral diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Meskipun permintaan emas didukung oleh faktor geopolitik dan arus safe haven, Andy menambahkan, kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) AS yang kuat dapat membatasi kenaikan logam mulia ini. Salah satu faktor utama adalah rencana tarif dari Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang diperkirakan akan memicu inflasi lebih lanjut dan menunda pelonggaran kebijakan The Fed.
Andy menyebut, para pelaku pasar juga menunggu rilis data Indeks Manajer Pembelian (IMP) AS untuk bulan Desember pada hari Senin. Data ini akan memberikan indikasi lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi AS dan arah kebijakan moneter The Fed. Di sisi lain, perhatian juga tertuju pada pertemuan The Fed pada hari Rabu, di mana bank sentral diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Secara keseluruhan, Andy menegaskan, harga emas masih menghadapi tekanan dari tren bearish. Andy Nugraha memperkirakan harga akan bergerak dalam kisaran US$ 2.645 hingga US$ 2.663 pada hari ini, tergantung pada sentimen pasar dan data ekonomi yang dirilis. Permintaan yang signifikan dari bank sentral dan ketegangan geopolitik dapat memberikan dukungan jangka pendek.
“Sementara penguatan dolar AS berpotensi menahan laju kenaikan logam mulia ini,” tutup Andy.
Berita ini dikutip dari : Investor Daily
Penulis : Indah Handayani
16 Des 2024 | 10:40 WIB





0 comments:
Posting Komentar