Emiten perbankan juga lagi-lagi menjadi sasaran jual utama investor asing di pekan lalu.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melemah 1,79 persen ke Rp4.390 per saham hingga penutupan sesi I.
Dengan ini, saham BBRI melemah 3 hari beruntun.
BBRI mengalami net sell asing terbesar dalam sepekan lalu, yakni mencapai Rp1,54 triliun.
Setali tiga uang, saham emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar saat ini, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), terkoreksi 1,23 persen ke Rp10.050 per saham.
Saham BBCA mencatatkan juga mencatatkan net sell asing besar, yakni Rp506,54 miliar.
Selanjutnya, saham bank pelat merah lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), masing-masing terdepresiasi 1,18 persen dan 0,81 persen.
Aksi jual investor asing terus berlanjut hingga akhir pekan lalu, turut menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah lesunya saham-saham penopang, terutama empat bank utama.
IHSG kembali lesu, turun 0,20 persen hingga Senin siang, terus berada dalam downtrend sejak akhir Oktober 2024.
Pada Rabu (6/11) dan Kamis (7/11) lalu, IHSG masing-masing sempat turun signifikan 1,44 persen dan 1,90 persen, terimbas kabar politik dari Negeri Paman Sam.
Kemenangan Donald Trump di pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) pada Rabu (6/11) lalu dikhawatirkan menggencarkan kebijakan yang menekan negara Asia, termasuk Indonesia.
Menurut catatan Reuters, Kamis (7/11) lalu, Trump telah berjanji akan menerapkan tarif baru yang kemungkinan besar akan signifikan pada berbagai barang dari negara-negara seperti China dan Meksiko.
Tarif ini kemungkinan akan mendorong inflasi dan, pada gilirannya, memperkuat dolar AS serta memperlambat pelonggaran kebijakan Federal Reserve (The Fed).
Hal tersebut pada gilirannya berpotensi menarik dana keluar dari pasar negara berkembang, seperti yang telah terjadi akibat penguatan dolar AS.
Kabar pemangkasan bobot pasar saham RI di indeks favorit asing MSCI dalam laporan Greed and Fear yang dirilis perusahaan jasa keuangan Jefferies turut menekan IHSG.
Kendati dalam jangka pendek saham-saham perbankan mengalami guncangan, efek kekhawatiran investor terhadap kebijakan Trump nantinya, emiten tersebut dinilai masih memiliki prospek yang cerah ke depannya.
Laporan kinerja kuartal III-2024 dari sejumlah bank yang dipantau DBS Group Research menunjukkan hasil yang umumnya sesuai ekspektasi.
Menurut riset DBS yang terbit pada 4 November 2024, BBRI sedikit mengungguli perkiraan analis berkat pemulihan kinerja keuangan yang lebih tinggi dari yang diharapkan.
Analis DBS menjelaskan, pertumbuhan laba perbankan di kuartal III-2024 didorong oleh peningkatan penyaluran kredit yang kuat, meski dihadapkan pada tekanan biaya dana (cost of funds/CoF).
Beberapa bank juga berhasil menjaga biaya kredit pada level yang rendah. DBS memperkirakan tren positif ini akan berlanjut pada kuartal IV-2024, seiring dengan proyeksi pertumbuhan kredit yang kuat. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Berita ini dikutip dari :
Market news, TIM RISET IDX CHANNEL 18/11/2024 12:45 WIB





0 comments:
Posting Komentar