Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Kamis, 05 September 2024

Valuta Asia Kompak Tekuk Dolar AS, Rupiah Makin Perkasa

 

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah dibuka menguat pada perdagangan spot hari Kamis pagi ini, sejalan dengan tren penguatan mata uang Asia di tengah pelemahan nilai dolar Amerika di pasar global.

Rupiah dibuka menguat 0,4% di level Rp15.419/US$, menjadi valuta dengan penguatan terbesar kedua setelah ringgit Malaysia yang naik nilainya 0,42%. Sementara di belakang rupiah, ada baht yang juga menguat 0,38%, dolar Taiwan 0,34% juga peso 0,27%.

Sejauh ini, semua mata uang Asia menguat kecuali rupee india yang masih tergerus tipis 0,01%.

Rupiah bahkan sempat menyentuh level terkuat di Rp15.399/US$ pada pukul 09:14 WIB, mendekati level penutupan tahun lalu di Rp15.397/US$.

Indeks dolar AS tertekan ke level 101,29 pagi ini setelah kemarin ditutup melemah pasca data lowongan kerja di Amerika menyentuh level terendah sejak 2021 lalu. Data itu semakin menguatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin akan memangkas bunga lebih banyak pada FOMC 18 September nanti.

Data rekrutmen tenaga kerja itu telah memicu reli US Treasury, surat utang pemerintah AS, dengan yield terpangkas hingga 8 bps kemarin, terpicu peningkatan taruhan bahwa pivot The Fed mungkin berjalan lebih cepat untuk mencegah resesi.

Di pasar swap, para pedagang meningkatkan taruhan besar pengguntingan bunga The Fed dalam FOMC bulan ini sebesar 50 bps dengan probabilitas makin besar, mencapai 44%. Sedangkan probabilitas penurunan sebanyak 25 bps, turun jadi 56% dari tadinya sempat mencapai 70%. Pada akhir tahun ini, pasar memperkirakan Fed fund rate akan bertengger di level 4,5%.

Data lowongan kerja, yang dikenal sebagai JOLTS opening, angkanya lebih rendah dari perkiraan hingga menyentuh level terendah sejak 2021. Data itu seolah menguatkan dugaan pelemahan ekonomi AS berjalan lebih cepat setelah sebelumnya data manufaktur juga mencatat kontraksi lima bulan beruntun.

Laporan terakhir itu menjadi 'menu pembuka' sebelum akhirnya pasar akan mendapati rilis data pasar tenaga kerja, termasuk tingkat pengangguran pada Agustus yang akan menjadi laporan terakhir sebelum FOMC pada 18 September nanti.

“Pasar mungkin tidak segugup sebulan yang lalu, tetapi mereka masih mencari konfirmasi bahwa ekonomi tidak terlalu lesu,” kata Chris Larkin di E*Trade dari Morgan Stanley.

Pada bagian lain, aktivitas ekonomi di sebagian besar wilayah AS dalam beberapa pekan terakhir dilaporkan stagnan bahkan menurun, menurut hasil survei Beige Book regional yang dilakukan oleh The Fed.

Tingkat ketenagakerjaan pada umumnya datar hingga sedikit naik, menurut laporan yang dirilis pada Rabu (4/9/2024). Meskipun laporan PHK jarang terjadi, beberapa perusahaan mencatat pemotongan shift dan jam kerja, membiarkan posisi yang diiklankan tidak terisi atau mengurangi jumlah karyawan melalui gesekan.

"Pengusaha lebih selektif dalam mempekerjakan karyawan dan kecil kemungkinannya untuk menambah jumlah karyawan, dengan alasan kekhawatiran akan permintaan dan prospek ekonomi yang tidak menentu," kata laporan tersebut.

Berita ini dikutip dari : bloombergtechnoz

Tim Riset Bloomberg Technoz
05 September 2024 09:08

0 comments:

Posting Komentar