Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Jumat, 27 September 2024

Rupiah Mulai Menguat Jelang Akhir Pekan

 

JAKARTA, investor.id – Rupiah mulai menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (27/9/2024). Kenaikan mulai terlihat menjelang akhir pekan, meskipun sebelumnya dolar AS sempat menguat.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menguat 72 poin atau 0,47% dan bertengger di level Rp 15.093, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 15.165 per dolar AS.

"Dolar menguat setelah reli tertajam sejak awal Juni," jelas Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam catatan yang dikutip Jumat.

“Meskipun tidak ada katalis yang jelas untuk pemulihan tersebut, para investor tampaknya memiliki pandangan yang lebih bernuansa tentang seberapa agresif penurunan suku bunga AS di masa mendatang, dengan pembicara Fed minggu ini tidak menyampaikan pandangan yang seragam tentang jalan ke depan," tambahnya.

Para trader masih mengharapkan penurunan besar suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) kedua pada pertemuan The Fed November 2024, tetapi peluangnya turun menjadi 57,4% dari 58,2% sehari sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Pada Rabu (25/9/2024), Gubernur Fed Adriana Kugler mengatakan dirinya mendukung keputusan untuk memangkas suku bunga setengah poin persentase atau 50 bps awal bulan ini untuk memulai siklus pelonggaran. Tetapi ia tidak berbicara tentang preferensinya untuk laju penurunan dari sini.

Awal minggu ini, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan regulator keuangan AS itu tidak boleh tertinggal jika ekonomi ingin mengalami soft landing. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bank sentral tidak perlu melakukan "serangan gila-gilaan" untuk menurunkan suku bunga.

Dilihat dari sisi internal, ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 5,2% tahun ini dan berada di level 5,3% pada 2025. Ibrahim mengatakan pertumbuhan ini akan didorong oleh kebijakan fiskal yang strategis dan tepat sasaran, serta pendalaman finansial di tengah meningkatnya tantangan di tingkat global.

Pemerintahan baru Prabowo-Gibran nantinya dapat menerapkan kebijakan fiskal yang berdampak besar. Di antaranya berfokus pada infrastruktur, hilirisasi, dan sektor teknologi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

“Selama ini pertumbuhan positif perekonomian nasional masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang menyumbang setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, para ekonom optimis Indonesia masih memiliki peluang pertumbuhan yang belum dimanfaatkan melalui investasi bernilai tambah dan kebijakan fiskal strategis yang mendorong produktivitas dan ekspansi ekonomi,” imbuhnya.

Dari sisi eksternal, aliran investasi asing langsung (FDI) yang stabil dan surplus perdagangan yang kuat sejak 2020 akan semakin mendorong pertumbuhan dan memperluas basis ekonomi.

Komitmen yang kuat terhadap kebijakan fiskal, pasar finansial yang mendalam, dan reformasi struktural. Maka akan berdampak terhadap menguatnya nilai tukar rupiah ke depan didukung oleh capital flow (dana asing masuk) ke Indonesia, Fed Fund Rate (FFR) yang menurun, serta balance sheet (neraca keuangan) yang baik dan terjaga di dalam negeri.

“Yang terpenting adalah peran kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika sebelumnya, kebijakan BI yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah makroprudensial dan sistem pembayaran, kali ini juga didorong oleh kebijakan moneter,” tutur Ibrahim.

Dengan dorongan dari kebijakan moneter berupa pemangkasan BI Rate ini, lanjut dia, diharapkan bisa mendorong kredit lebih lanjut di perbankan. Hal ini pada akhirnya akan mampu mendorong pembiayaan, serta pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Ibrahim menakar indeks rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.100 hingga Rp 15.200 per dolar AS.



Berita ini dikutip dari : Investor Daily
Penulis : Grace El Dora
27 Sep 2024 | 10:03 WIB

0 comments:

Posting Komentar