Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Selasa, 27 Agustus 2024

Emiten Properti Ketiban Berkah! Diskon PPN 100% hingga Sinyal Positif The Fed

Bisnis.com, JAKARTA – Katalis positif bagi emiten properti terus berlanjut. Setelah The Fed mengirimkan sinyal penurunan suku bunga, kini insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100% siap diperpanjang hingga akhir 2024.  

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah akan kembali melanjutkan insentif PPN DTP 100% bagi sektor properti. Insentif PPN DTP 100% untuk pembelian rumah sejatinya sudah berakhir pada Juni 2024. 

Namun, Airlangga mengungkapkan stimulus untuk sektor properti tersebut akan kembali berlaku mulai 1 September sampai dengan 31 Desember 2024. Pemberian insentif PPN DTP berlaku untuk unit rumah dengan banderol di bawah Rp5 miliar, serta dengan batasan pemberian insentif sebesar Rp2 miliar.

“Insentif PPN DTP akan diberikan sebesar 100%. Ini sampai dengan bulan Desember 2024 di mana PMK-nya [Peraturan Menteri Keuangan] akan disiapkan oleh Ibu Menteri Keuangan [Sri Mulyani],” kata Airlangga di Jakarta, Selasa (27/8/2024).  

Kebijakan ini turut mengakomodasi suara pelaku usaha di industri properti, yang sebelumnya mengharapkan insentif PPN DTP 100% dapat diperpanjang hingga akhir tahun ini.

Salah satunya adalah Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Adrianto P. Adhi yang berharap insentif PPN DTP 100% dapat berlanjut guna mengungkit industri properti.  Adrianto mengatakan industri properti tengah menghadapi pelemahan daya beli konsumen. Oleh sebab itu, insentif PPN DTP 100% diharapkan dapat terus berlanjut untuk mendorong kemampuan masyarakat dalam membeli aset properti.  

“Kami masih mengharapkan PPN DTP bisa diperpanjang oleh pemerintah karena dampaknya tidak hanya pada pengadaan rumah bagi pembeli yang dimudahkan, tetapi industri properti juga tumbuh,” ujarnya saat ditemui di Jakarta pada Juni 2024. Menurutnya, dampak makro ekonomi yang ditimbulkan dari insentif PPN DTP sangat signifikan. 

Hal tersebut dikarenakan sektor properti memiliki 185 industri turunan.  Sementara itu, berdasarkan riset Stockbit, SMRA merupakan emiten dengan kontribusi insentif PPN DTP terbesar yakni 61% dari total marketing sales pada semester I/2024. Capaian itu berasal dari produk yang telah memenuhi syarat insentif PPN DTP. 


SUKU BUNGA THE FED 

Dalam perkembangan lain, emiten properti turut diuntungkan oleh sinyal penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS).

Hal ini seiring pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang menyebutkan waktu pemangkasan bunga sudah tiba.

Meski tidak merinci waktu pemangkasan dan besarannya, pernyataan itu memberikan afirmasi terhadap ekspektasi pemangkasan suku bunga pada pertemuan September 2024. Berdasarkan analisis dari CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sedikitnya 25 bps pada September 2024 mencapai 100%.

Probabilitas pemangkasan 50 bps juga meningkat menjadi di atas 35% dibandingkan pekan lalu di level 25%. Analis BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto mengatakan Bank Indonesia (BI) akan memiliki arah yang lebih jelas ke depan. 

Hal itu seiring penegasan arah suku bunga The Fed, yang bisa menjadi sinyal titik balik bagi kebijakan moneter BI. “Pernyataan Jerome Powell di Jackson Hole sejalan dengan asumsi dasar BI, yang memperkuat kemungkinan penurunan suku bunga oleh BI pada Oktober 2024,” ujarnya dalam riset yang dipublikasikan pada Senin (26/8/2024). 

Helmy juga memperkirakan BI akan mulai melonggarkan kebijakan moneter kontraksionernya, sebagaimana terlihat dari penurunan bertahap imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia (SRBI). 

“Imbal hasil Obligasi Pemerintah Indonesia [INDOGB] 10 tahun telah turun tajam menjadi 6,64%, yang menunjukkan bahwa pasar telah memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga BI pada tahun 2024,” pungkasnya. 

Sementara itu, Investment Consultant Reliance Sekuritas Reza Priyambada memandang jika tingkat suku bunga BI atau BI rate mengalami penurunan, maka hal tersebut akan berdampak pada sektor perbankan, properti, manufaktur, dan ritel. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Berita ini dikutip dari : Bisnis

Dionisio Damara Tonce - Bisnis.com Selasa, 27 Agustus 2024 | 17:39

0 comments:

Posting Komentar