Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Senin, 30 Desember 2024

Pilih-Pilih Emiten Grup Astra (ASII), Djarum, dan Sinarmas Mana yang Unggul?

Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di sepanjang 2024 tak semua saham dari grup konglomerasi mencetak imbal hasil yang positif walaupun membukukan kinerja yang positif. Ini berlaku juga di emiten grup Astra, Djarum, dan Sinarmas. 

Misalkan di Grup Astra, harga saham induk gurita bisnisnya yakni, PT Astra International Tbk (ASII) sudah terkoreksi 13,51% secara year to date (YtD) per Jumat (27/12) ke posisi Rp 4.930. 

Padahal secara kinerja keuangan, ASII masih mencetak pertumbuhan walaupun kenaikannya tergolong rendah. ASII meraup pendapatan Rp 246,32 triliun atau naik 2,24% secara tahunan atau year on year (YoY) per September 2024. 

Dari sisi bottom line, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Asta mencapai Rp 25,85 triliun. Raihan itu hanya naik 0,63% secara tahunan dari Rp 25,69 triliun per September 2023. 

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas menjelaskan kinerja ASII dipengaruhi oleh penjualan kendaraan yang tidak sesuai dengan ekspektasi karena pelemahan ekonomi dan daya beli masyarakat. 

"Juga dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga tinggi yang masih diterapkan oleh Bank Indonesia (BI) serta potensi kenaikan PPN menjadi 12% pada 2025," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (29/12).

Nafan bilang sentimen itu juga turut mempengaruhi kinerja PT United Tractors Tbk (UNTR). Ini tercermin dari penjualan Komatsu yang turun 17,66% YoY menjadi 4.167 pada periode Januari–November 2024. 

Di Grup Djarum, hanya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang berhasil mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan dan harga sahamnya mampu bergerak positif sepanjang 2024. 

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan di sisi lain, Grup Djarum menunjukkan perbedaan mencolok di antara emiten-emitennya, di mana BBCA menjadi yang tersolid di antara emiten lainnya. 

"BBCA mampu mencetak pertumbuhan kinerja solid, dengan stabilitas fundamental yang kuat, margin keuntungan tinggi dan inovasi digital yang terus dikembangkan," ucapnya. 

Per Jumat (27/12), BBCA sudah menguat 3,98% secara ytd menjadi Rp 9.800 per saham. Selama Januari–November 2024, BBCA membukukan laba sebesar Rp 50,47 triliun atau naik 14,31% YoY. 

Entitas Grup Djarum lainnya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sebenarnya mampu mencetak pertumbuhan kinerja. Namun pergerakan saham TOWR tak sejalan dengan fundamentalnya.

Hingga kuartal III-2024, laba bersih TOWR naik tipis 0,89% YoY menjadi Rp 2,45 triliun dengan pendapatan Rp 9,44 triliun yang tumbuh 8,37% YoY. Secara ytd, saham TOWR sudah ambles 37,13%. 

Hendra bilang meski TOWR cukup agresif melakukan akuisisi aset. Tekanan pada saham TOWR diproyeksikan berasal dari kenaikan suku bunga yang meningkatkan biaya ekspansi. 

"Serta margin keuntungan yang tergerus akibat persaingan ketat, khususnya di sektor ritel dan e-commerce untuk RANC dan BELI," kata dia. 

Hendra mencermati di Grup Sinarmas terjadi pola serupa, di mana hanya PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang positif. 

Per September 2024, membukukan pendapatan Rp 10,06 triliun atau meningkat 17,8% YoY. Dari sisi bottom line, laba bersih BSDE melonjak 52,73% YoY menjadi Rp 2,7 triliun. 

"Sebaliknya, emiten seperti TKIM, INKP, dan DSSA tertekan oleh melemahnya harga komoditas global, seperti pulp dan batubara, serta tingginya biaya operasional," ucap Hendra. 

Untuk 2025, Hendra menilai BBCA masih tetap menarik karena bank berlogo cengkeh itu memiliki stabilitas fundamental yang kuat dan potensi pertumbuhan bank digital.  Dia merekomendasikan beli BBCA dengan target Rp 10.500. 

Dia juga merekomendasikan speculative buy TOWR dengan target Rp 700. Hendra menambahkan saham ASII dan BSDE juga masih layak dipantau, terutama jika terjadi pemulihan daya beli atau adanya kebijakan ekonomi yang mendukung. 

Sementara itu, Nafan merekomendasikan akumulasi beli pada BBCA dengan target harga di Rp 13.100. Dia juga merekomendasikan akumulasi beli pada ASII dengan target di Rp 5.925.




Berita ini dikutip dari : Kontan Investasi
Senin, 30 Desember 2024 / 06:00 WIB

Baramulti Sukses (BSSR) Bagi Dividen Interim Kedua Rp 154,39 per Saham

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) akan membagikan dividen interim kedua dari tahun buku 2024. Pembayaran dividen ini berdasarkan persetujuan dan keputusan dari dewan direksi dan dewan komisaris BSSR pada 26 Desember 2024.

Emiten batubara ini akan membagikan dividen interim sebesar US$ 25 juta, berdasarkan kurs tengah yang ditetapkan oleh bank Indonesia pada 24 Desember 2024. Dengan asumsi kurs JISDOR Rp 16.208 per dolar Amerika Serikat pada tanggal tersebut, maka dividen interim kedua BSSR itu setara dengan Rp 405,2 miliar.

Dividen interim BSSR ini akan dibagikan kepada 2.616.500.000 saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Dus, setiap pemegang saham BSSR akan mendapatkan dividen interim sebesar Rp 154,39 per saham.

Adapun, per 30 September 2024 BSSR mengantongi laba bersih sebesar US$ 298,59 juta. BSSR memiliki saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar US$ 222,37 juta, dengan posisi total ekuitas senilai US$ 298,59 juta.

Berikut jadwal pembagian dividen interim BSSR:

Tanggal Cum Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 9 Januari 2025

Ex Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 13 Januari 2025

Cum Dividen di Pasar Tunai: 10 Januari 2025

Ex Dividen di Pasar Tunai: 14 Januari 2025

Tanggal Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 13 Januari 2025

Tanggal Pembayaran Dividen: 15 Januari 2025.

Kabar pembagian dividen interim ini tampak mendapatkan sambutan positif dari pelaku pasar. Hingga pukul 11:26 WIB perdagangan Senin (30/12), harga saham BSSR menguat 3,50% ke posisi Rp 4.430 per saham.




Berita ini dikutip dari : Kontan Investasi
Senin, 30 Desember 2024 / 11:34 WIB

Simak Strategi Atur Ulang Portofolio Investasi di Tahun 2025

Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas pasar yang tinggi jelang pergantian tahun menjadi hal penting yang harus diperhatikan investor dalam mengatur ulang portofolionya di tahun 2025.

Lihat saja, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak bagus-bagus amat. Pada perdagangan hari Jumat (27/12) kemarin, IHSG ditutup di level 7.036. IHSG sudah terkoreksi 3,25% sejak awal tahun alias year to date (YTD).

Aliran dana asing tercatat keluar dari bursa sebesar Rp 28,92 triliun di pasar reguler sejak awal tahun 2024. Sebaliknya, terjadi net buy asing di seluruh pasar sebesar Rp 15,22 triliun YTD.

Sejumlah sektor pun tercatat berkinerja positif di sepanjang tahun 2024. Sektor energi melesat paling tinggi, dengan kinerja IDX Energy naik 26,53% YTD.

Sektor kedua tertinggi kinerjanya adalah sektor properti & real estate yang naik 5,7% YTD. Ketiga, ada sektor kesehatan yang naik 4,73% YTD.

Di sisi lain, sektor transportasi dan logistik berkinerja paling buruk, anjlok 19,26% YTD. Di posisi kedua terburuk, ada sektor teknologi yang turun 12,51% YTD. Persis di depannya, ada sektor perindustrian yang turun 6,88% YTD.

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi melihat, tahun 2024 merupakan tahun yang penuh tantangan.

Sebut saja, ada kebijakan suku bunga bank sentral yang masih ketat, kenaikan tensi geopolitik, fluktuasi nilai mata uang, hingga pemilihan presiden, khususnya di Indonesia dan Amerika Serikat (AS).

“Hal ini mendorong kinerja yang lebih penuh tantangan untuk emiten yang sensitif terhadap perubahan dinamika ekonomi makro atau yang termasuk dalam kategori cyclical,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (24/12).

Akibatnya, kinerja keuangan sejumlah emiten lintas sektor dalam kategori cyclical di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun melambat, yang akhirnya membuat kinerja saham mereka anjlok.

Dari sektor perbankan, laba bersih PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik hanya 2,59% secara tahunan alias year on year (YoY) per September 2024. Saham emiten perbankan pelat merah itu pun sudah anjlok 28,38% YTD.

Raihan laba bersih PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 7,56% YoY per kuartal III 2024, sementara kinerja sahamnya turun 4,13% YTD. Laba bersih PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 3,52% YoY per kuartal III, tetapi sahamnya terkoreksi 18,88% YTD.

Dari sektor industri, PT Astra Internasional Tbk (ASII) laba bersihnya hanya naik 0,63% YoY per September 2024, dengan penurunan harga saham sebesar 12,74% YTD.

Dari sektor Infrastruktur, laba bersih PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menyusut 9,35% YoY per kuartal III 2024 dan sahamnya anjlok 30,38% YTD.

Sedangkan, emiten berkategori defensif memiliki keunggulan yang lebih kompetitif di tengah volatilitas pasar. Sejumlah emiten juga didorong oleh stabilitas permintaan dan harga komoditas di sepanjang tahun 2024.

Alhasil, emiten berkategori defensif memiliki kinerja keuangan yang lebih positif, serta sejalan dengan performa harga saham mereka.

Menurut Audi, harga saham emiten energi, konsumer, bahan baku, properti, dan kesehatan pun tercatat cenderung naik secara YTD.

Dari sektor energi ada PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang sahamnya naik 361,25% YTD. Dari sektor properti, ada PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) yang kinerja sahamnya naik 226,53% YTD.

Dari sektor bahan baku, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) sahamnya naik 26,34% YTD dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang sahamnya naik 95,29% YTD.

Sementara, dari sektor konsumer, ada PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan kenaikan kinerja saham 19,38% YTD.

Audi melihat, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% di tahun 2025 akan berpotensi melemahkan daya beli masyarakat kelas menengah. Hal itu bisa menekan laju konsumsi domestik pada tahun depan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, nilai konsumsi Kelas Menengah dan Menuju Kelas Menengah mencakup 81,49% dari total konsumsi masyarakat Indonesia.

“Oleh karena itu, tertekannya kelas menengah berpotensi menekan konsumsi dalam negeri, yang pada akhirnya cenderung memperlambat pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

Di tahun 2025, emiten yang defensif serta emiten sektor bahan baku akan lebih baik kinerjanya di tengah volatilitas pasar domestik dan global. Permintaan komoditas juga berpotensi masih stabil di tahun depan.

“Potensi melambatnya laju penurunan suku bunga pada tahun 2025 juga akan membuat emiten yang sensitif dengan kebijakan ekonomi makro dan suku bunga bisa menghadapi tantangan berat di tahun depan,” tuturnya.

Di sisi lain, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 27 Desember 2024 tercatat tinggi di level 77,19 basis poin (bps). Namun, Audi belum melihat hal tersebut menunjukkan peningkatan risiko kredit serta tanda ketidakstabilan ekonomi.

Sebab, jika berkaca dalam tiga tahun terakhir, kondisi CDS hari ini masih tergolong rendah. Terlebih, jika dibandingkan dengan kondisi saat Pandemi Covid-19 dan awal mula era suku bunga acuan tinggi.

“Di tahun 2025, pergerakan IHSG juga akan cenderung lebih konservatif dengan target base di level 7.820 dan skenario bearish ke level 6.850,” paparnya.

Dengan kondisi pasar di periode pergantian tahun tersebut, Audi menyarankan investor untuk terus memperhatikan dinamika ekonomi makro dalam negeri, kebijakan pemerintah, hingga kondi geopolitik yang berpotensi lanjut hingga tahun depan.

“Sehingga, alokasi portofolio bisa disesuaikan dengan kondisi yang menguntungkan untuk sektor tertentu. Selain itu, kinerja masing-masing emiten juga menjadi faktor penting, terlebih setelah disesuaikan dengan kinerja kuartal IV 2024,” paparnya.

Audi pun merekomendasikan beli untuk saham ANTM dengan target harga Rp 1.900 per saham, EXCL dengan target harga Rp 2.600 per saham, ICBP dengan target harga Rp 14.900 per saham, JPFA dengan target harga Rp 2.040 per saham, TLKM dengan target harga Rp 3.200 per saham, dan UNTR dengan target harga Rp 31.900 per saham.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat, sejumlah sektor yang bakal berkinerja baik di tahun 2025 adalah sektor komoditas, barang baku, dan energi, terutama energi baru terbarukan (EBT).

Di tahun 2025, IHSG diproyeksikan bakal menyentuh level 7.800. syaratnya, pertumbuhan ekonomi riil minimal sebesar 5% pada tahun depan.

“Saya meragukan iklim investasi bisa lebih bagus di tahun depan. Dengan tingginya CDS, pertumbuhan ekonomi riil juga hanya di kisaran 5%,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (24/5).

Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi melihat, pasar modal negara berkembang akan menghadapi tantangan yang berat di tahun 2025.

Sentimennya berasal dari meningkatnya kurs dolar AS terhadap rupiah, kebijakan inflasi, serta proteksionisme perdagangan negara maju yang merugikan negara berkembang. Di sisi lain, kebijakan proteksionisme perdagangan itu akan memberikan keuntungan baik pasar negara maju, khususnya AS.

“Untuk kinerja aset investasi, era imbal hasil surat utang tinggi akan terjadi dalam masa waktu yang lebih panjang di tahun depan,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (24/12).

Menurut Eri, kenaikan CDS Indonesia 5 tahun disebabkan oleh kebijakan The Fed yang memangkas indikasi penurunan suku bunga pada tahun depan. Indikasi penurunan suku bunga di tahun 2025 semula sebanyak empat kali, lalu menjadi dua kali saja di tahun depan.

“Tingginya suku bunga AS membuat dolar AS menguat dan membuat mata uang pasar berkembang jadi melemah,” ungkapnya.

Di tahun 2025, ada banyak sentimen global yang perlu diwaspadai investor lantaran akan memengaruhi kinerja aset portofolio.

Untuk investor konservatif, Eri menyarankan, berinvestasi di Reksadana pasar uang sebanyak 50%-75% dan reksadana pendapatan tetap 25%-50%.

Untuk investor moderat, bisa memilih reksadana pasar uang sebesar 30%-50%, reksadana pendapatan tetap 40%-50%, serta reksadana campuran dan reksadana saham 30%-40%.

Untuk investor agresif, bisa memilih reksadana pasar uang 20%-30%, reksadana pendapatan tetap 20%-30%, serta reksadana campuran dan reksadana saham 40%-60%.

“Saham-saham yang menarik diperhatikan pada tahun 2025 adalah sektor consumer utamanya. Sektor perbankan dan telekomunikasi juga akan tetap menarik. Target pertumbuhan earning per shares (EPS) mereka di tahun depan ada di antara 5%-9%,” paparnya.





Berita ini dikutip dari : Kontan Investasi
Senin, 30 Desember 2024 / 05:00 WIB
Indeks »

Pekan Pendek: IHSG Menguat 0,75%, Saham TLKM Diborong Asing

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pada perdagangan saham di sepanjang pekan kemarin, 23–27 Desember 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat di zona hijau dengan menguat 0,75% secara point-to-point ke posisi 7.036,57.

Bersamaan dengan IHSG yang menguat, investor asing melangsungkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp134 miliar di seluruh pasar. Sama halnya, di perdagangan saham pasar reguler investor asing net buy Rp101 miliar.

Adapun investor asing tercatat net buy saham terbanyak pada PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) mencapai Rp103,43 miliar. Searah dengan aksi pembelian, saham TLKM berhasil menguat 7,84% dalam sepekan ke posisi Rp2.750/saham.

Pergerakan Saham TLKM dalam Sepekan Hingga Jumat (27/12/2024) (Bloomberg)

Berikut 5 saham dengan angka net buy tertinggi oleh investor asing sepanjang perdagangan sepekan 23–27 Desember 2024:

  1. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp103,43 miliar
  2. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) Rp95,87 miliar
  3. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) Rp94,4 miliar
  4. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Rp53,97 miliar
  5. PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) Rp49,85 miliar

Pada kesempatan yang sama, investor asing mencatat net sell tertinggi pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp130,05 miliar. Berseberangan dengan tekanan jual, saham BBRI tetap berhasil solid menguat 0,99% dalam sepekan ke posisi Rp4.100/saham.

Pergerakan Saham BBRI dalam Sepekan Hingga Jumat (27/12/2024) (Bloomberg)


Berikut 5 saham dengan angka net sell terbesar oleh investor asing sepanjang perdagangan sepekan 23–27 Desember 2024:

  1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp130,05 miliar
  2. PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) Rp90,43 miliar
  3. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp75,83 miliar
  4. PT Petrosea Tbk (PTRO) Rp66,67 miliar
  5. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Rp50,73 miliar

(fad)



Berita ini dikutip dari : Bloombergtechnoz
Muhammad Julian Fadli
30 December 2024 08:30

Dana IPO Kurang, Proyek EBT Terregra Mandek Bertahun-tahun

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyoroti perkembangan PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA), yang tak kunjung merealisasikan ekspansinya.

Padahal, emiten energi baru terbarukan (EBT) itu telah menggelar initial public offering (IPO) sejak 2017.

Berdasarkan site visit yang dilakukan oleh BEI bahkan diketahui berlum ada perkembangan berarti dari rencana pembangunan proyek mini hydro power plant (PLTM).

Direktur & Corporate Secretary TGRA Daniel Tagu Dedo menjelaskan, keterlambatan proyek mini hydro perusahaan karena proses IPO yang di bawah target optimal (undersubscribed). 

Sehingga, TGRA hanya memperoleh dana segar Rp110 miliar. Padahal, kebutuhan investasi untuk membangun proyek tersebut mencapai Rp1,5 triliun.

Artinya, TGRA minimal perlu memperoleh dana segar IPO Rp500 miliar, untuk kemudian bisa dikombinasikan dengan pinjaman Rp1 triliun.

"Sejak 17 Juli 2020, manajemen yang baru telah berupaya untuk memperkuat struktur permodalan dan memperoleh sumber pembiayaan. Namun, menemui kegagalan," jelas Daniel dalam surat balasan permintaan penjelasan BEI, dikutip Senin (30/12/2024).

Meski demikian, lanjut Daniel, TGRA masih mempertahankan perjanjian pembelian listrik (PPA) dengan PLN serta berhasil melakukan efisiensi untuk mempertahankan kelangsungan eksistensi perseroan.

Menurut Daniel, sejak April 2024, TGRA juga telah mendapatkan calon investor yang memiliki kapasitas keuangan yang memadai untuk membangun proyek-proyek yang dimiliki perseroan dan bahkan memiliki rencana untuk meningkatkan jumlah portfolio green energy perseroan hingga 1.000 MW.

Proyek yang sebelumnya terbengkalai juga rencananya akan segera dilanjutkan. 

Pembangunan PLTM Sisira ditargetkan akan dimulai pada kuartal I-2025. Kemudian, PLTM Batang Toru-3 dan 4 ditargetkan dibangun pada kuartal III-2025.

Kemudian, PLTM Raisan Naga Timbul dan Raisan Huta Dolok ditargetkan akan dibangun pada kuartal IV-2025.

TGRA IPO di harga Rp200/saham. Harga sahamnya sempat terus naik, bahkan melampaui kisaran Rp800/saham pada 2019. Namun, saham TGRA saat ini hanya diperdagangkan di level Rp29/saham.

(red)



Berita ini dikutip dari : Bloombergtechnoz
Redaksi
30 December 2024 08:40

Investor Asing Net Buy Rp15 T Sepanjang 2024 Kala IHSG Minus 2%

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sepanjang tahun 2024 investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp15,2 triliun pada perdagangan saham di pasar modal Indonesia.

Berseberangan dengan itu, Indeks Harga Saham Gabungan masih berkutat di zona merah dengan melemah 207 poin atau setara dengan penurunan 2,85% ke posisi 7.065,74 pada perdagangan tahun berjalan hingga Desember 2024.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Year to Date (Bloomberg)

Pelemahan IHSG sejak awal tahun sampai dengan saat ini terjadi di tengah sentimen alarm pelemahan ekonomi Indonesia, tercermin dari aktivitas manufaktur Indonesia yang terus-terusan mengalami kontraksi. Ini sudah terjadi selama 5 bulan.

S&P Global merilis data aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI). Di Indonesia, PMI manufaktur pada November data terbaru adalah 49,6.

PMI manufaktur Indonesia sudah lima bulan beruntun berada di bawah 50. Para responden masih melaporkan aktivitas pasar yang sepi, terlihat dari pelemahan daya beli. Sementara pemesanan ekspor kembali turun. Ini menjadi penurunan selama 9 bulan beruntun dan semakin dalam, dalam rilisnya.

Ditambah lagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 gagal mencapai angka 5% karena disebutkan pada periode itu tidak ada faktor musiman yang mampu diharapkan bisa mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB).

PMI Manufaktur Indonesia (Sumber: S&P Global)

Kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 melambat ke level terendah dalam setahun, yang hanya tumbuh 4,95%. Angka itu di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan masih akan tercapai pertumbuhan di 5%.

Laju pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal lalu terutama karena kinerja konsumsi rumah tangga yang ambles ke zona kontraksi.

Bersamaan dengan sentimen tersebut, berikut 10 saham dengan nilai net buy bersih terbesar, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2024 perdagangan IHSG, meski diterpa banyak sentimen kurang positif.

10 saham dengan net buy terbanyak sepanjang tahun 2024

  1. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) Rp6,23 triliun
  2. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) Rp2,94 triliun
  3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp2,46 triliun
  4. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Rp1,9 triliun
  5. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Rp1,75 triliun
  6. PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) Rp1,42 triliun
  7. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Rp1,13 triliun
  8. PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp1,05 triliun
  9. PT MD Pictures Tbk (FILM) Rp1,04 triliun
  10. PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) Rp988 miliar

10 saham dengan net sell sepanjang perdagangan IHSG

  1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp37,46 triliun
  2. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp2,57 triliun
  3. PT Astra International Tbk (ASII) Rp2,14 triliun
  4. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Rp1,67 triliun
  5. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp1,41 triliun
  6. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp1,37 triliun
  7. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp931,37 miliar
  8. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp909,7 miliar
  9. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp868,73 miliar
  10. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp783,13 miliar

(fad/wep)



Berita ini dikutip dari : Bloombergtechnoz
Muhammad Julian Fadli
26 December 2024 15:20

Prabowo Yakin Ekonomi 2025 Tumbuh 5,2% Ditopang Investasi

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 5,2% pada 2025, ditopang oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. Hal ini tercantum dalam Nota Keuangan APBN 2025.

Secara rinci disebutkan, pemerintah akan bertopang pada komponen investasi sebagai motor pertumbuhan ekonomi tahun depan, dengan perkiraan pertumbuhan investasi sebesar 5,5%, jauh melampaui prospek 2024 yang diperkirakan 4,9%.

Selanjutnya, ekspor akan menjadi kontributor kedua tertinggi dalam PDB, dengan pertumbuhan 5,4% atau meningkat dari 5,2%. Selanjutnya, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan kompak tumbuh 5%, dibanding outlook 2024 yang masing-masing 4,9% dan 5,3%.

Terakhir, komponen impor diperkirakan hanya tumbuh 4,6% pada 2025, jauh lebih rendah dibanding outlook 2024 yang mencapai 5,5%.

Dalam Nota Keuangan APBN 2025 dipaparkan, pemerintah mengklaim tren perbaikan kinerja investasi akan berlanjut pada 2025.

"Konsumsi domestik yang masih kuat dan berbagai langkah penguatan reformasi struktural untuk meningkatkan iklim investasi, produktivitas, serta daya saing, akan menjadi faktor penting dalam mendorong kinerja investasi pada 2025," demikian tercantum dalam Nota Keuangan 2025, dikutip Senin (30/12/2024).

Pemerintah berharap pengembangan dan mulai beroperasinya berbagai industri hilir komoditas unggulan (mineral dan hasil pertanian) mampu menjadi kontributor aktivitas investasi. Selain itu, kebijakan belanja pemerintah dalam keberlanjutan pembangunan infrastruktur nasional, kawasan perkantoran dan hunian di Ibu Kota Negara (IKN), transportasi, hingga layanan perkotaan di wilayah metropolitan juga diharapkan mendukung aktivitas PMTB, dan mengakselerasi investasi sektor swasta melalui efek berlapis. 

Dalam paparannya, pemerintah juga menyoroti instrumen kebijakan perpajakan diarahkan untuk mendorong optimalisasi dengan tetap menjaga keberlanjutan dunia usaha. Insentif fiskal diharapkan mendorong penyerapan tenaga kerja, menunjang akselerasi ekonomi hijau, serta mendukung UMKM. Potensi terciptanya kepastian pascapemilu baik global maupun nasional juga diharapkan akan turut menguatkan keyakinan investor.

Dari sisi konsumsi, pemerintah memperkirakan kinerja konsumsi rumah tangga pada tahun depan masih tumbuh kuat, ,eskipun dibayangi keberlanjutan ketidakpastian global, aktivitas domestik diperkirakan akan tetap tumbuh didukung stabilitas politik nasional pasca-Pemilu.

"Tingkat inflasi yang terkendali diharapkan mampu mendorong konsumsi rumah tangga, sementara belanja pemerintah, baik operasional maupun investasi, akan secara langsung mendukung permintaan domestik dan secara tidak langsung mendorong aktivitas sektor swasta," paparnya.

Perkiraan ini bertolak belakang dengan pandangan sejumlah ekonom yang menilai konsumsi rumah tangga akan melemah seiring dengan hadirnya berbagai kebijakan yang kontraproduktif, seperti kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12%, dan berbagai pungutan biaya lain. 

Kinerja ekspor tahun 2025 diharapkan kembali menguat di tengah tingginya ketidakpastian perekonomian global. Untuk itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk terus mendorong kinerja ekspor, diantaranya:

  • Mendorong akselerasi investasi berorientasi ekspor. 
  • Meningkatkan daya saing produk dalam negeri untuk dapat menciptakan produk ekspor baru.
  • Memperluas program hilirisasi yang tidak hanya terbatas pada komoditas pertambangan melainkan juga pada komoditas lainnya.
  • Perbaikan infrastruktur konektivitas, pelabuhan, dan persoalan ketenagakerjaan.
  • Menarik FDI yang berorientasi ekspor.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2025 (Bloomberg Technoz)


Berita ini dikutip dari : Bloomberg Technoz
Redaksi
30 December 2024 10:48

Breaking! Rupiah Alami Penguatan, Dolar Sentuh Rp16.135

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah berbagai sentimen yang masih menekan mata uang Garuda belakangan ini.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah menguat 0,59% sekitar pukul 09:47 WIB di angka Rp16.135/US$ pada hari ini, Senin (30/12/2024). Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi kemarin (27/12/2024) sebesar 0,28%.

Rupiah tampak mengalami apresiasi di tengah sentimen yang masih bernada negatif terhadap pasar keuangan domestik khususnya setelah keluarnya dana asing dari Tanah Air.

Data terakhir untuk transaksi 23-24 Desember 2024, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp4,31 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp0,63 triliun di pasar saham, Rp0,86 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp2,82 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Hal ini bukan tanpa alasan mengingat terdapat tiga faktor yang melatarbelakangi kejadi tersebut, yakni statement dari FED yang hawkish cut, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Terpilih AS, dan perkembangan geopolitik yang masih memengaruhi perkembangan mata uang dunia.

CNBC INDONESIA RESEARCH




Berita ini dikutip dari : CNBC
rev, CNBC Indonesia
30 December 2024 10:11

Bertabur Diskon Akhir Tahun, Ace Hardware (ACES) Siap Ganti Nama

IDXChannel - Sejumlah gerai Ace Hardware milik PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) mulai menurunkan logo ACE.

Hal ini seiring dengan masa lisensi ACE Hardware International Holdings, Ltd yang akan habis pada 31 Desember 2024.

Karena itu, logo warna merah yang menjadi tanda keberadaan gerai Ace Hardware tak lagi dipasang di beberapa tempat seperti di Living Plaza Pamulang dan di bilangan Pondok Cabe, Tangerang Selatan.

Berdasarkan pantauan IDX Channel, Sabtu (28/12/2024) atribut di dalam toko sampai dengan seragam pegawai masih menggunakan nama Ace Hardware. Interior gerai juga masih didominasi warna merah yang menjadi identitas Ace Hardware selama ini.

Jelang peluncuran identitas merek dan logo baru, Ace Hardware menebar diskon besar-besaran bertajuk last sale hingga 31 Desember 2024.

Namun tidak terlihat kepadatan konsumen di gerai-gerai ACES bahkan cenderung sangat sepi jika dibandingkan dengan banyak gerai yang menggelar program diskon akhir tahun. Hanya terlihat dua sampai lima pengunjung yang tengah berkeliling.

“Ke sini mau lihat diskon, katanya kan mau tutup akhir tahun, kebetulan dekat rumah,” kata Devi, salah satu pengunjung.

Adapun ACES akan meluncurkan merek baru mulai 1 Januari 2025 sebelum berakhirnya masa perjanjian lisensi dengan ACE Hardware International Holdings Ltd pada 31 Desember 2024. 

Hingga November 2024, ACES mencatatkan penjualan sebesar Rp7,6 triliun atau tumbuh 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

(DESI ANGRIANI)



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Cahya Puteri Abdi Rabbi 28/12/2024 15:25 WIB

Saham Alamtri (ADRO) Turun 3 Persen saat Ex Date Dividen

IDXChannel – Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) melemah pada Senin (30/12/2024) seiring memasuki masa ex-date dividen hari ini.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.48 WIB, saham ADRO turun hampir 3 persen, tepatnya 2,76 persen, ke Rp2.470 per saham. Nilai transaksi tercatat Rp58,00 miliar dan volume perdagangan 23,73 juta saham.

Saham ADRO bergerak sideways sejak awal Desember 2024 setelah jatuh signifikan pasca aksi pemisahan bisnis (spin-off) dan melantainya PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).

Sebelumnya, ADRO akan membagikan dividen interim senilai USD200 juta.

Nilai yang dikeluarkan setara Rp3,2 triliun (asumsi kurs Rp16.000 per USD) dan akan disetor pada 15 Januari 2025.

Dana dividen berasal dari laba bersih ADRO hingga akhir September 2024 yang mencapai USD1,18 miliar.

Perusahaan juga masih menggenggam saldo laba ditahan menembus USD5,93 miliar, dengan total ekuitas senilai USD8,15 miliar.

Untuk transaksi di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi, batas akhir perdagangan dengan hak dividen (cum dividen) jatuh pada 27 Desember 2024, sementara tanggal tanpa hak dividen (ex dividen) dimulai pada 30 Desember 2024.

Sedangkan untuk Pasar Tunai, cum dividen ditetapkan pada 2 Januari 2025, dan ex dividen pada 3 Januari 2025.

Prospek ADRO

ADRO tengah mengarungi babak baru dalam transformasi bisnisnya menuju energi terbarukan dan proyek hijau, usai melepas anak usahanya di bidang batu bara termal, AADI.

Langkah tersebut diyakini menjadikan ADRO salah satu pemimpin energi hijau di Indonesia.

Dalam riset yang dirilis Samuel Sekuritas pada 4 Desember 2024, ADRO disebut tetap memiliki dua pilar utama laba saat ini, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dengan kepemilikan 83,8 persen dan PT Saptaindra Sejati (SIS) yang sepenuhnya dimiliki ADRO.

ADMR memiliki cadangan coking coal jumbo, mencapai 158 juta ton, sementara SIS dikenal dengan efisiensi operasionalnya dalam jasa tambang.

Meski pendapatan konsolidasi ADRO diproyeksikan turun drastis menjadi USD1,3 miliar pada 2025, EBITDA tetap solid di USD705 juta.

ADMR diharapkan mencatat pendapatan USD1,1 miliar dengan margin EBITDA lebih dari 50 persen, sementara SIS berkontribusi USD111 juta dari aktivitas pengupasan tanah.

Selain itu, ADRO agresif memperluas portofolio hijau melalui Adaro Green dan ADMR. Proyek besar mencakup pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Indonesia dengan kapasitas 1.375 MW yang dijadwalkan beroperasi pada 2030, serta pabrik smelter aluminium hijau di Kawasan Industri Kaltara.

“Pelepasan unit usaha AADI akan memberikan ADRO akses yang lebih baik terhadap pendanaan hijau dengan suku bunga kompetitif di bawah 9 persen. Hal ini diharapkan mampu menurunkan biaya modal gabungan (blended cost of capital) ADRO,” kata analis Samuel.

Aset-aset hijau tersebut, masih mengutip analis Samue, diproyeksikan menjadi katalis utama dalam mendorong revaluasi positif (re-rating) nilai perusahaan di masa depan.

Samuel Sekuritas juga menilai revaluasi wajar mengingat pergeseran fokus bisnis ADRO.

Samuel Sekuritas tetap merekomendasikan beli saham ADRO. Target harga (TP) baru ditetapkan pada Rp3.400 per saham, merefleksikan rasio harga saham terhadap laba (P/E) 12,8 kali pada 2025.

Potensi kenaikan harga saham ini didukung aset hijau yang belum tergarap, neraca keuangan kuat, serta kinerja positif yang diproyeksikan mencapai USD504 juta pada 2025, berbalik dari kerugian USD141 juta di 2024 seiring spin-off AADI.

Meski demikian, volatilitas harga komoditas, risiko operasional, dan kendala pendanaan menjadi tantangan yang perlu diantisipasi. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.




Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news TIM RISET IDX CHANNEL 30/12/2024 09:58 WIB

Saham Prajogo Pangestu CUAN Cs Melesat di Penghujung 2024

IDXChannel – Saham-saham milik pengusaha kawakan Prajogo Pangestu meningkat signifikan pada perdagangan akhir tahun, Senin (30/12/2024), melanjutkan momentum positif belakangan ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.06 WIB, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) memimpin kenaikan, yakni sebesar 6,12 persen ke Rp11.275 per saham.

Dalam sebulan, saham CUAN melesat 68 persen.

Diwartakan sebelumnya, PT Daya Bumindo Karunia (DBK), anak usaha CUAN, resmi memulai produksi batu bara metalurgi di Kalimantan Tengah. Proyek ini didukung fasilitas kredit senilai Rp2,42 triliun dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

DBK tengah membangun berbagai fasilitas, termasuk kantor, gudang bahan bakar, dan jalan tambang sepanjang 149 kilometer yang menghubungkan area tambang dengan intermediate stockpile.

Pembangunan infrastruktur ini dikerjakan oleh PT Petrosea Tbk (PTRO), anak usaha Petrindo yang bergerak di bidang kontrak pertambangan dan EPC.

Petrosea juga menyediakan jasa pendukung lainnya, seperti pembangunan camp karyawan, kantor, jetty, serta aktivitas tambang, termasuk overburden removal dan produksi batu bara.

Direktur Utama Petrindo, Michael, menyebut langkah ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk mendukung ekspansi bisnis.

Proyek ini diharapkan memperkuat sinergi antar-anak usaha Petrindo dan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Kendati tidak sesignifikan CUAN, saham PTRO juga naik, yaitu 0,88 persen. Dalam sebulan belakangan, saham PTRO melambung 44,61 persen.

Kabar terbaru, Direktur Utama PTRO, Michael, membeli 80 ribu saham perseroan di harga Rp25.000 per saham pada 20 Desember 2024, senilai Rp2 miliar. Kepemilikannya kini bertambah menjadi 140 ribu saham atau 0,0139 persen dari total saham beredar.

Komisaris Independen PTRO, Erwin Ciputra, juga membeli 60 ribu saham di harga rata-rata Rp28.233 per saham pada 23 Desember 2024, senilai Rp1,7 miliar. Kini, Erwin menguasai 685.400 saham atau 0,068 persen.

Pemegang saham Petrosea juga menyetujui rencana stock split 1:10 yang akan berlaku efektif pada 7 Januari 2025. Langkah ini diharapkan meningkatkan likuiditas, frekuensi perdagangan, dan menarik minat investor ritel.

Saham emiten geotermal Prajogo, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga terkerek 0,27 persen dan induk BREN PT Barito Pacific Tbk (BRPT) tumbuh 0,55 persen.

Berbeda, saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) stagnan di Rp7.300 per saham. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, TIM RISET IDX CHANNEL 30/12/2024 10:14 WIB