JAKARTA, investor.id - Harga emas menunjukkan tren penurunan tajam pada Rabu (6/11/2024). Hal itu karena tertekan penguatan Dolar Amerika Serikat (AS). Setelah Donald Trump, kandidat Partai Republik, dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden (Pilpres) AS. Lalu, kemana arah harga emas selanjutnya?
Saat berita ini ditulis, harga emas terlihat melemah 0,04% dan berada di level US$ 2.657,9. Sedangkan pada Rabu, harga emas ditutup melemah hingga 3,07% menjadi US$ 2.659,2, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah dalam lima bulan terakhir.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mengatakan, situasi tersebut telah memicu aliran modal dari aset safe haven seperti emas ke Dolar AS, Bitcoin, dan saham, yang dianggap lebih menarik di tengah kondisi pasar yang bergejolak. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi penurunan harga emas adalah penguatan Dolar AS.
“Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS berikutnya menciptakan ekspektasi bahwa kebijakan ekonomi yang pro-bisnis dan pro-pasar akan segera diterapkan,” ungkap Andy, Kamis (7/11/2024).
Andy menyebut, indeks Dolar AS (DXY) melonjak lebih dari 1,3% ke level tertinggi 105,32 pada hari Rabu, mengindikasikan arus modal besar ke dolar AS dan memukul harga emas ke level terendah dalam tiga minggu terakhir di US$ 2.646 pada Kamis (7/11/2024).
Trump berjanji akan menurunkan pajak dan melonggarkan regulasi bagi sektor bisnis, mendorong pasar saham AS untuk reli. Di pasar saham berjangka AS, S&P 500 naik 2,2% dalam perdagangan pra-pasar, sementara Dow 30 futures naik lebih dari 1,3%.
“Kenaikan pasar saham ini semakin menekan permintaan untuk emas, yang sering dianggap sebagai investasi defensif ketika pasar sedang volatil,” jelas Andy.
Di sisi lain, Andy mengatakan, Bitcoin, yang juga mengalami kenaikan luar biasa hingga mencapai level tertinggi sepanjang masa di US$ 75.407, menarik minat investor. Pasar tampaknya merespon janji Trump untuk menciptakan regulasi yang lebih longgar bagi mata uang kripto, menjadikan Bitcoin sebagai pilihan alternatif yang lebih menarik dibandingkan emas.
Andy menjelaskan, pergeseran arus modal dari emas ke Bitcoin dan saham mengindikasikan dorongan kuat terhadap aset yang lebih berisiko. Ini mengakibatkan tekanan jual pada emas dan kemungkinan akan berlanjut selama sentimen risk-on mendominasi pasar.
Dari segi analisis teknikal, Andy Nugraha mencatat bahwa indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan tren bearish yang kuat pada XAU/USD. Dengan dominasi tren bearish ini, emas diproyeksikan memiliki peluang untuk jatuh lebih lanjut hingga level US$ 2.637. “Namun, jika terjadi pantulan harga (rebound) di level tersebut, maka harga emas memiliki potensi untuk naik kembali menuju target terdekat di US$ 2.676,” papar Andy.
Penguatan Dolar AS
Lebih lanjut Andy mengatakan, proyeksi ini menegaskan bahwa tekanan dari penguatan Dolar AS, yang didorong oleh ekspektasi kebijakan ekonomi pro-bisnis Trump, membuat emas kehilangan daya tariknya sebagai safe haven. Di tengah pasar yang sangat optimis terhadap kebijakan pajak rendah dan prospek regulasi yang lebih longgar di sektor bisnis dan kripto, pergerakan emas kemungkinan akan terus mengalami tekanan.
Selain itu, Andy menambahkan, klaim Trump yang optimis bahwa ia dapat menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan Ukraina hanya dalam waktu satu hari memberikan angin segar bagi pasar. Meski tampak berlebihan, klaim ini cukup mengurangi kekhawatiran geopolitik yang biasanya mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas.
“Sentimen ini diperparah oleh kekhawatiran bahwa The Fed mungkin tidak akan melanjutkan kebijakan pelonggaran yang agresif, mengingat defisit belanja yang tinggi di AS,” tambahnya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang terus naik akibat spekulasi ini menambah tekanan pada harga emas, karena investor lebih memilih aset yang memberikan imbal hasil ketimbang emas yang tidak memberikan imbal hasil sama sekali. Hal ini semakin memicu aksi jual pada emas, menjadikannya jalur yang paling mudah untuk bergerak ke bawah dalam jangka pendek.
Secara keseluruhan, Andy menunjukkan bahwa kondisi pasar saat ini tidak berpihak pada emas sebagai safe haven. Arus modal yang beralih ke Dolar AS, Bitcoin, dan saham membuat harga emas rentan terhadap tekanan lebih lanjut. Dengan indeks Dolar AS yang terus menguat dan sentimen pasar yang optimistis terhadap kebijakan Trump, peluang emas untuk naik tampaknya semakin terbatas.
“Namun, jika terjadi perubahan sentimen yang signifikan atau penurunan mendadak dalam kekuatan Dolar AS, maka emas masih memiliki potensi untuk pulih kembali. Tetapi, dalam jangka pendek, tren bearish masih mendominasi dan harga emas mungkin akan menghadapi level support yang lebih rendah dalam waktu dekat,” tutup Andy.
Berita ini dikutip dari : Investor Daily
Penulis : Indah Handayani
7 Nov 2024 | 11:11 WIB





0 comments:
Posting Komentar