Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Senin, 28 Oktober 2024

Rupiah Masih Tertekan, Tembus Rp15.724 per USD

IDXChannel Rupiah hari ini, Senin (28/10/2024) ditutup melemah 77,5 poin atau 0,50 persen ke level Rp15.724 per USD.

Mengutip data Bloomberg, Rupiah hari ini dibuka melemah ke Rp15.714 per USD.

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan Rupiah juga didasari oleh sentimen para pelaku pasar yang sebagian besar condong ke USD untuk mengantisipasi pemilihan presiden 2024 yang tinggal seminggu lagi.

"Arus masuk ke USD juga didorong oleh ekspektasi meningkatnya ketidakpastian politik di Jepang, setelah koalisi yang dipimpin oleh Partai Demokrat Liberal yang berkuasa kehilangan mayoritas parlementernya dalam pemilihan akhir pekan," tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (28/10/2024).

Kekhawatiran atas konflik yang lebih besar di Timur Tengah mereda setelah Israel tidak menyerang fasilitas minyak dan nuklir Iran dalam serangan selama akhir pekan. Sementara Teheran memang mengancam akan membalas serangan itu, para pemimpin Iran juga meremehkan dampak serangan Israel.

Menurut Ibrahim, kekhawatiran atas serangan Israel terhadap Iran atas serangan awal Oktober lalu telah menjadi titik utama ketidakpastian bagi pasar, terutama karena kekhawatiran bahwa kerusakan apapun pada infrastruktur minyak atau nuklir Iran akan menandai eskalasi yang mengerikan dalam konflik tersebut.

"Meningkatnya ketidakpastian atas pemilihan presiden AS juga diharapkan akan memacu permintaan safe haven, terutama dengan jajak pendapat baru-baru ini yang menunjukkan persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris. Namun, USD nampaknya lebih diuntungkan dari ketidakpastian ini," ujar dia.

Fokus minggu ini, sambung Ibrahim, adalah serangkaian pembacaan ekonomi utama untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk, di antaranya data produk domestik bruto dari AS dan zona Euro akan dirilis dalam beberapa hari mendatang. 

Sementara data indeks harga PCE, pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, juga akan dirilis akhir minggu ini.

"Dari sentimen internal, pemerintah pada 2025 harus menghadapi tanggung jawabnya untuk membayar utang jatuh tempo, termasuk utang yang dihasilkan dari burden sharing bersama Bank Indonesia kala Covid-19 lalu," tutur Ibrahim.  

Menurut catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), terdapat jatuh tempo Surat Berharga Negara (SBN) yang dibeli Bank Indonesia (BI) berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKBI) II senilai Rp100 triliun pada 2025.

Melihat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2021, tercatat dari penerbitan SBN dalam rangka SKB II dan SKB III tersebut, terdapat SBN berupa SUN seri Variable Rate (VR) yang khusus dijual kepada BI di Pasar Perdana dalam rangka SKB II dan SKB III dengan total nilai sebesar Rp612,56 triliun. 

Jatuh tempo utang tersebut mulai pada 2025 senilai Rp100 triliun, dan akan berlanjut dengan angka variatif hingga 2029 atau pada Kabinet Merah Putih berakhir nantinya.

SKB tersebut merupakan komitmen pemerintah dan BI dalam melakukan burden sharing atau berbagi beban dalam pembiayaan penanganan Covid-19, di mana BI bertindak sebagai stand by buyer melalui SKB I. 

Pada SKB II, pemerintah langsung menjadi direct placement. Sementara pada SKB III, pemerintah juga menjadi direct placement namun khusus untuk kesehatan dan humanitarian.

Sementara itu, kewajiban pemerintah tersebut hanya sebagian dari total utang jatuh tempo dan bunga utang yang harus dipenuhi pemerintah pada tahun depan.  

Secara total, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat profil jatuh tempo utang pemerintah pada 2025 mencapai Rp800,33 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari jatuh tempo SBN sejumlah Rp705,5 triliun dan jatuh tempo pinjaman senilai Rp94,83 triliun.

"Berdasarkan data di atas, mata uang Rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup melemah di rentang Rp15.710-Rp15.810 per USD," kata Ibrahim.

(Fiki Ariyanti)



Berita ini dikutip dari : IDX Channel
Market news, Anggie Ariesta 28/10/2024 15:39 WIB

0 comments:

Posting Komentar