Jacob Gu - Bloomberg News
Bloomberg, JPMorgan membatalkan rekomendasi beli untuk sejumlah China, dengan alasan meningkatnya volatilitas menjelang pemilihan umum AS mendatang selain hambatan pertumbuhan dan dukungan kebijakan yang lemah.
China diturunkan peringkatnya dari "overweight" menjadi netral, tulis para ahli strategi yang dipimpin oleh Pedro Martins dalam sebuah catatan pada Rabu.
Mereka memperingatkan potensi perang dagang lainnya antara Washington dan Beijing dapat membebani saham-saham menjelang pemilihan presiden AS pada bulan November, sementara langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Presiden Xi Jinping untuk membantu negara itu keluar dari keterpurukan ekonominya terus menjadi "mengecewakan"
"Dampak dari potensi 'Perang Tarif 2.0' (dengan tarif yang meningkat dari 20% menjadi 60%) dapat lebih signifikan daripada perang tarif pertama," tulis para ahli strategi tersebut.
"Kami memperkirakan pertumbuhan jangka panjang China akan menurun secara struktural karena relokasi rantai pasokan, perluasan konflik AS-China, dan masalah-masalah domestik yang berkelanjutan."
Para ahli strategi juga mencatat tantangan dalam mengelola bobot tinggi China dalam indeks pasar berkembang MSCI, dan pertumbuhan mandat EM ex-China, sebagai faktor institusional yang kemungkinan akan menyeret harga saham.
Dalam catatan terpisah yang ditulis oleh para ahli strategi termasuk kepala JPMorgan Asia dan ahli strategi ekuitas China, Wendy Liu, bank tersebut memangkas target dasar akhir 2024 untuk Indeks MSCI menjadi 60 dari 66, dan untuk Indeks CSI300 menjadi 3.500 dari 3.900. Keduanya masih di atas level 55,7 dan 3.252 yang terakhir ditutup oleh pengukur tersebut.
Pergerakan tersebut terjadi setelah sebagian besar bank global kini memperkirakan ekonomi China tumbuh kurang dari 5% tahun ini, dengan Bank of America Corp. menjadi yang terbaru yang memangkas perkiraannya. Haibin Zhu dari JPMorgan juga telah memangkas perkiraan pertumbuhan PDB Tiongkok 2024 menjadi 4,6%.
"Kami pikir pasar mungkin diperdagangkan pada sisi yang lemah selama September-Oktober setelah hasil Q2," tulis Liu.
“Selama masa ini, pemilihan presiden AS, keputusan suku bunga Fed, dan prospek pertumbuhan AS akan menjadi pusat perhatian.”
Berita ini dikutip dari : Bloombergtechnoz





0 comments:
Posting Komentar