Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Selasa, 18 Maret 2025

Saham RI Termurah di Asean, Investor Harus Apa?

JAKARTA, investor.id – Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menegaskan, saham-saham di Indonesia termurah di Asean. Ia pun memberikan saran begini untuk investor. 

Indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat rontok dalam hingga di atas 6% pada sesi I. Penurunan IHSG membaik ketika perdagangan sesi II dibuka dan terlihat melemah 3,97% ke level 6.218 saat berita ini ditulis.

"Kami melihat bahwa saat ini rasio P/E saham-saham di BEI sudah rendah, yaitu pada angka 10, terendah di antara negara ASEAN lain,” ungkap Jeffrey, Selasa (18/32025).

Jeffrey menyarankan investor agar cermat melihat kondisi fundamental dan selalu rasional dalam mengambil keputusan.

Sebagai informasi, rasio P/E yang rendah sering kali diartikan sebagai saham yang sedang undervalued, memberikan peluang bagi investor untuk membeli saham di harga murah dengan potensi kenaikan di masa depan.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyebut bahwa posisi IHSG hari ini mencerminkan investor Indonesia yang tengah menantikan kebijakan yang pro market.

"Sejauh ini sentimen negatifnya kuat dari pasar Indonesia khususnya," ucap Nafan.

Dihantui Sentimen Negatif

Nafan menyebut, saat ini pasar domestik Indonesia dihantui oleh beberapa sentimen negatif, seperti pelemahan jumlah tingkat kelas menengah. Perubahan ini membuat kondisi makro ekonomi Indonesia dinilai kurang kondusif dan prospektif di masa depan.

"Situasi ini membuat kondisi makro ekonomi domestik Indonesia masih relatif kurang kondusif. Apalagi kita sudah mengalami deflasi. Di sisi lain rupiah pun juga mengalami depresiasi," tambah Nafan.

Menurut Nafan, saat ini investor membutuhkan sebuah dorongan kebijakan yang pro terhadap pasar modal untuk membangkitkan kembali minat berinvestasi di pasar saham Indonesia. Sebab, di antara banyaknya pilihan emerging market, investor asing akan cenderung memilih pasar yang diselimuti kebijakan pro market oleh pemerintahnya.



Berita ini dikutip dari : Investor Daily
Penulis : Indah Handayani
18 Mar 2025 | 14:11 WIB

Presdir Tugu Insurance Tatang Nurhidayat Tambah Kepemilikan Saham TUGU

Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) mengumumkan aksi penambahan saham yang dilakukan oleh Presiden Direktur TUGU, Tatang Nurhidayat.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI pada Senin (17/3), Tatang Nurhidayat kembali menambah porsi kepemilikan saham di perusahaan yang ia pimpin tersebut sebanyak 10.000 saham. 

Transaksi pembelian saham ini dilakukan dalam satu kali transaksi yakni pada tanggal 10 Maret 2025. Dalam transaksi tersebut, Tatang membeli dengan harga per sahamnya di level Rp 1.005.

"Tujuan dari transaksi adalah investasi dan status kepemilikan adalah langsung," tulis Sekertaris Perusahaan TUGU, Dudi Subekti dalam keterbukaan informasi, Senin (17/3).

Dengan demikian, setelah transaksi penambahan saham ini, total kepemilikan saham Tatang di TUGU bertambah menjadi 1.334.800 lembar saham atau setara dengan 0,0375% dari posisi sebelumnya yaitu 1.324.800 lembar saham atau 0,0373%.

Pada perdagangan Selasa (18/3) pukul 14.30 WIB, saham TUGU tampak terkoreksi 2% ke level Rp 980 per saham.





Berita ini dikutip dari : Kontan Investasi
Selasa, 18 Maret 2025 / 15:48 WIB

Bursa Saham Indonesia Tertekan, Banggar DPR Minta KSSK Bertindak

Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang jatuh pada Selasa (18/3), turut menjadi perhatian DPR.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah, menyoroti kondisi pasar keuangan Indonesia yang mengalami tekanan signifikan.  Perdagangan di bursa saham sempat tersuspend selama 30 menit akibat mayoritas saham mengalami penurunan hingga 5%. 

Jika dibandingkan dengan negara-negara peers, bursa saham Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan dan berada di zona merah.

Said mengatakan, situasi di pasar keuangan tersebut perlu diwaspadai. Oleh karena itu, ia meminta Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bisa segera bertindak untuk menenangkan pasar.

“Sebagai Ketua Banggar DPR, saya berharap seluruh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) segera memberikan respon untuk menenangkan pasar,” ujar Said Abdullah dalam  keteragannya, Selasa (18/3).

Selain pasar saham, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga mengalami pelemahan. Pada sesi pertama perdagangan hingga pukul 12.00 WIB, kurs rupiah berada di posisi Rp 16.465 per dolar AS, turun 1,1% secara year to date. Namun, Said menilai penurunan ini masih dalam batas wajar.

Di sisi lain, sektor perdagangan Indonesia menunjukkan indikator positif.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$ 21,98 miliar, meningkat 2,58% dibandingkan Januari 2025 dan naik 14,05% dibandingkan Februari 2024. 

Secara kumulatif, nilai ekspor Januari–Februari 2025 mencapai US$ 43,41 miliar, naik 9,16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ekspor nonmigas juga tumbuh 10,92% menjadi US$ 41,21 miliar. 

Sementara itu, neraca perdagangan per Februari 2025 mencatat surplus sebesar US$ 3,12 miliar atau Rp 51,07 triliun, melanjutkan tren surplus pada Januari 2025 yang mencapai US$ 3,49 miliar.

Said juga menyoroti peningkatan Indeks PMI Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global. Indeks tersebut naik dari 51,9 pada Januari 2025 menjadi 53,6 pada Februari 2025, mencerminkan ekspansi sektor manufaktur yang lebih kuat.

Untuk menstabilkan pasar keuangan, Said Abdullah mengajukan beberapa rekomendasi kepada KSSK.

Pertama, meningkatkan komunikasi publik dengan pendekatan yang lebih simpatik dan dialogis, serta mengajak para pengusaha besar untuk menyelamatkan pasar keuangan. Ia juga menyarankan Presiden untuk turun tangan langsung dalam mengajak rekanan bisnis internasional guna memperkuat pasar saham Indonesia.

"Apalagi kini ada Ray Dalio yang berada di Danantara, saatnya diminta ikut membantu pasar keuangan," katanya.

Kedua, menunjukkan komitmen terhadap reformasi fiskal untuk menjamin keberlangsungan fiskal jangka panjang. Hal ini bertujuan untuk menepis keraguan investor dan memastikan bahwa Surat Utang Negara (SUN) tetap menjadi instrumen investasi yang menarik.

Ketiga, menghindari reaksi berlebihan dari otoritas bursa dan OJK, yang justru dapat memicu aksi jual lebih luas di pasar saham. Menurutnya, perkembangan pasar obligasi dan valuta asing masih dalam kondisi normal, sehingga perlu dicermati setidaknya dalam satu atau dua hari ke depan.

Keempat, memperluas basis investor ritel dan inovasi produk di pasar modal, khususnya instrumen berbasis syariah, guna memperkuat pasar saham dalam jangka panjang.

Kelima, menghimbau pihak-pihak yang tidak berwenang dalam otoritas bursa untuk tidak memperburuk situasi dengan pernyataan atau langkah-langkah yang dapat menambah kepanikan di pasar.

"Demikian, kiranya bisa menjadi bahan pertimbangan KSSK," kata Said.





Berita ini dikutip dari : Kontan Investasi
Selasa, 18 Maret 2025 / 14:58 WIB